Sobat Inspirasi, ditengah pandemi ini bagaimana bisa memberdayakan masyarakat khususnya petani agar eksis salah satunya adalah dengan melakukan budidaya holtikultura. Tanaman holtikultura, seperti cabai, tomat menjadi tanaman yang menjanjikan keuntungan yang berlipat-lipat.
Budidaya ini digawangi oleh Iwan Supriyanto yang juga merupakan perangkat desa Grantung, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga yang menyulap lahan bengkoknya dulunya ditanami padi dengan hasil yang tidak maksimal, sekarang diganti dengan menanam tanaman hortikultura, seperti cabai, mentimun, tomat dan buah lemon.
Ada kurang lebih 1 hektar lahan yang sedang ditanami, untuk cabai sekitar 4.000 pohon, mentimun 2.500 pohon, cabai 2.000 pohon dan buah lemon 100 pohon. Iwan berani membuka peluang usaha dikarenakan pada saat tanam mentimun tahun lalu panennya cukup berhasil, yakni bisa mencapai 3,5 ton, yang mana jika di tanami padi hanya 3,5 kuintal.
” Kami bersama teman-teman petani mulai dari Desember tahun lalu sudah melakukan proses pengolahan tanah dan pembibitan yang dilakukan secara mandiri, ” katanya, Sabtu (13/3/2021)
Proses pengolahan lahan ditanah basah kata Iwan lebih susah dibandingkan dengan ditanah kering. 1 banding 3 untuk membuat bendengan ditanah basah. Untuk pengolahan dilakukan dengan penyemaian pupuk organik dan kapur dolomit secara merata, agar tanah menjadi gembur, kemudian ditutup dengan mulsa plastik, agar gulma tidak ada serta kegembiraan tanah tetap terjaga.

” Sistem tanam dengan mulsa ini bisa bertahan sampai 2 tahun, sehingga tahun ke dua, ketiga dan ke empat tidak terlalu banyak memakan biaya dalam pengolahan lahan”, tambahnya.
Untuk proses pembibitan juga menggunakan rak-rak dan nampan-nampan sebagai tempat pembibitan. Dan setiap harinya dilakukan perawatan baik penyiraman maupun pemberantasan hama dan melihat perkembangan bibit.
Setelah cukup umur bibit ditanam di bedengan yang sebelumnya mulsa sudah di bolongi dengan jarak lubang kurang lebih 30 cm x 60 cm. Agar pohon tidak loyo kemudian dilakukan perambatan dengan bambu yang dimodifikasi dengan tali rafia.
Bambu dipotong kurang lebih 1,5 meter dan di belah sekita dua jari. Bambu di tancapkan di sebelah pohon, dengan jarak antar bambu kurang lebih satu meter.
Bambu berfungsi sebagai pegangan, kemudian tali rafianya dibentangkan antar bambu, dengan ketinggian 20 cm dari permukaan mulsa. Rafia yang terbentang antara bambu untuk mengikat pohon agar tanaman tetap tegak dan tidak roboh jika terkena air hujan atau angin.
Umur tanaman kata Iwan sampai hari ini sudah 48 hari. Pemupukan sudah dilakukan sebanyak 3 kali dengan sistem pupuk cair, yakni dengan menggunakan NPK, pupuk organik dicampur dengan air. Dengan perbandingan 3 kg NPK, dicampur 2 liter pupuk organik dan 300 liter air, kemudian diaduk hingga rata.

Setelah rata pupuk cair ini dikocorkan di tanaman satu persatu dengan menggunakan gayung. Untuk waktu pemupukan 1 hektar lahan membutuhkan 2-3 hari dengan tenaga kerja sebanyak 4-5 orang.
Untuk menanam tanaman hortikultura seluas 1 hektar dibutuhkan modal sebanyak 50 juta rupiah. Dengan harapan setelah panen bisa kembali modalnya yakni disaat musim puasa depan.
Dengan hitungan hasil dari tanam cabai, dari 4.000 pohon, setiap pohon menghasilkan 0,8 kg dengan perkilogram seharga 45 ribu saja sudah ada untungnya.
“Saya berharap, bisa panen melimpah dan harganya bisa stabil. Sehingga bisa mensejahterakan para petani,” pungkasnya. (Sap’$)