Kampung Wisata Sikadut, Wujud Geliat Generasi Muda Peduli Kampungnya

Sobat Inspirasi, tidak seperti generasi muda yang lain dimasa pandemi ini yang biasanya menjadi generasi rebahan, namun lima pemuda ini menciptakan peluang wisata yang patut diacungi lima jempol. Lima pemuda itu adalah Misroni, Bangkit Rifai, Adi Pringgo Yunanto, Anisa Ristifauzi, dan Ayu.

Kelima anak muda itu berasal dari Desa Karangtalun, Kecamatan Bobotsari yang melihat adanya potensi yang bisa diunggulkan dari Dusun Sikadut, sehingga membuat Kampung Wisata Tematik Sikadut (Katamas).

Misroni selaku pengelola Katamas mengatakan Katamas menjadi wadah bagi warga Dusun Sikadut untuk berkreasi dan berekspresi melalui delapan griya yang tersebar di area dusun tersebut. Dari gerbang masuk Dusun Sikadut terdapat Griya Wanita Tani yang memperlihatkan hasil pertanian di Dusun Sikadut.

“Masuk lagi ada Griya Cupang khusus bagi para pecinta ikan cupang, kemudian ada griya jajan yang menjadi pusat oleh-oleh dari Katamas yang mencakup 32 pengusaha dengan 58 produk,” kata Misroni saat dijumpai di Sekretariat Katamas, Dusun Sikadut, saat Oktober Tahun lalu.

Selanjutnya ada Griya Anggur yang akan dijumpai di salah satu rumah warga setempat yang ditumbuhi pohon anggur yang sudah mulai berbuah. Di Griya Anggur, pengunjung nantinya bisa belajar terkait dengan budidaya dan cara pembibitan anggur hingga berbuah.

Tempat Jualan jajan pasar oleh ibu-ibu

“Lalu ada Griya Seni yang menjadi tempat bagi warga setempat untuk berlatih dan mementaskan kesenian tradisional seperti kuda lumping, genjringan atau kesenian yang lainnya,” ujarnya.

Kemudian ada Griya Sarah yang menjadikan sampah plastik sebagai kerajinan dan botol plastik bekas yang ada dijadikan sebagai dinding serta tutupnya dijadikan sebagai hiasan lantai. Ada pula Griya Pakaryan, disini pusatnya warga membuat kerajinan maupun kreativitas yang tentunya bisa meningkatkan ekonomi warga.

“Dan terakhir ada griya papringan, dengan memanfaatkan pohon bambu yang banyak tumbuh di Dusun Sikadut dan akan dijadikan sebagai pasar tradisional yang menjajakan makanan tradisional dengan menampilkan bangunan-bangunan dari bambu yang disusun secara artistik,” imbuh Misroni.

Pengembangan kedepan bukan hanya wisata selfie namun pengunjung nantinya diharapkan membeli produk yang dibuat masyarakat Sikadut sehingga menambah pendapatan bagi perekonomian keluarga.

“Untuk kendala pasti ada terutama permodalan, ibaratnya ini memang sedikit memaksa warga untuk kreatif untuk bisa menghasilkan produk yang disukai masyarakat, perlahan kami sambil belajar semoga pengelolaan dan manajemennya berjalan dengan baik,” pungkas Misroni. (Sumber : Dinkominfo Purbalingga)

RSS
Follow by Email
WhatsApp