Ironi petani karet, ditengah pesatnya industri otomotif

Perkembangan dunia otomotif yang semakin meningkat di Indonesia, terutama peningkatan bahan baku karet tidak membuat petani karet senang namun sebaliknya. Ironis memang, harga yang seharusnya 10 ribu perkilogram hanya dihargai 8 ribu perkilogram.

Padahal dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan karet untuk memutar roda ekonominya. Dari gelang karet sampai ban kendaraan selalu dibutuhkan oleh manusia. Karet dalam kehidupan sehari-hari sangat dibutuhkan.

Purwono, salah satu petani karet dari Desa Losari Kecamatan Rembang mengatakan untuk mengumpulkan satu kg karet perpohon dibutuhkan 2-3 minggu. Banyaknya getah karet tergantung besar kecilnya pohon nya, semakin besar pohon semakin banyak getah karet yang bisa didapatkan. Sebulan bisa menghasilkan kurang lebih 4 kuintal getah karet.

Setiap tiga hari sekali harus dilakukan pengeratan kulit karet agar getahnya terus mengalir. Karet bisa disadap harus berumur sekitar 5 tahunan. Semakin besar pohon semakin banyak hasilnya.

Purwono sedang menyadap karet

Baca Juga :

20 Tahun Bikin Opak, Buat Nyekolahkan Anak Sampai Sarjana

Pemdes Pepedan Evakuasi Pipa Irigasi

Sebenarnya menurut Purwono secara hasil sebenarnya kurang menguntungkan, namun dirinya setiap 3 hari sekali tetap menyadap pohon karet nya, karena jika dibiarkan akan mengalami kerugian yang lebih besar lagi. Dikarenakan untuk menanam pohon karet sampai bisa di sadap sudah menghabiskan puluhan juta rupiah.

Ditanah kurang lebih 1 hektar itu ditanami pohon karet sekitar 500 pohon. Untuk menyadap dibutuhkan sekitar 4-5 jam. Teknik penyadapan diperoleh Purwono ketika merantau di daerah Sumatera.

Agar menghasilkan karet yang berkualitas , menurut Purwono dibutuhkan teknik pengeratan yang baik. Yakni jangan sampai kayunya tergores, jika tergores berpengaruh pada pertumbuhan kayu tersebut. Kulit pohon karet tidak akan menutup dengan sempurna, sehingga pohon bisa menjadi growong, sehingga bisa tumbang.

Penyadapan di musim penghujan, dibutuhkan ekstra biaya juga tenaga kata Purwono. Curah hujan yang tinggi berdampak getah karet lama menggumpal. Jika ini dibiarkan getah akan hilang bersama aliran air hujan. Sehingga diperlukan air cuka atau pupuk urea untuk mengatasinya agar cepat menggumpal.

Terkait dengan penjualan tidak menjadi persoalan dikarenakan bisa langsung di bayar di kebun. Penjual tinggal di telepon akan datang ke kebun dan dilakukan transaksi. Karet dibeli sesuai harga pasar yang berlaku saat itu.

Harapannya harga pasar sekitar 10 ribu perkilogram, agar dapurnya bisa terus menggepul. Untuk itu diperlukan regulasi oleh pemerintah terkait fluktuasi harga karet, agar petani karet tetap eksis ditengah pandemi Covid-19. (*)

RSS
Follow by Email
WhatsApp