Kisah Sukses Petani Grantung

Sobat Inspirasi, Menjadi petani sukses merupakan cita-cita dari Ahmad Sukirno (53th), petani asal Desa Grantung Kecamatan Karangmoncol sejak menikah cita-cita ini mulai menggebu-gebu. Dan alhamduliiah saat itu juga dapat warisan tanah sekitar 1 hektar yang bisa digunakan untuk melampiaskan cita-citanya jadi petani.

Untuk menjadi petani sukes menurut Sukirni harus dijiwai, bukan hanya menanam saja kemudian dibiarkan saja tumbuh, namun perlu perawatan sejak dari tunas hingga berbuah. Mereka tanaman perlu perhatian yang serius, agar tanamannya bisa berproduksi sesuai harapan, yakni panen melimpah dan harga saat pasaran tidak anjlok.

Ilmu pertaniannya didapat dari para penyuluh pertanian, teman-teman yang sukses juga hasil dari pengalaman otodidak selama ini. Dari pengalaman selama ini agar menghasilkan produksi yang maksimal, harus ada uji coba terlebih dahulu. Missalnya untuk menanam cabai tidak harus banyak dulu, kita bisa memulai dari 10-20 batang dulu agar kita mengetahui sejauh perkembangan tanaman.

Baik dari segi pupuk, pengolahan lahan, pencegahan hama, pembrantasan hama dan bagaimana kita bisa meningkatkan kualitas produksi. Dari pengalaman itu kemudian bisa ditingkakan ke tahapan penanaman dalam kapasitas banyak, bisa sampai 2.000-5.000 batang. Dari penanaman yang sedikit itu juga agar kita tidak terlalu rugi jika ada hal-hal yang tidak diinginkan.

Untuk membagi waktunya Sukirno, pagi setelah sholat Subuh langsung pergi ke ladang/sawah untuk merawat tanaman-tanamnnya. Kemudian setelah pulang kantor sekitar pukul 15.00 juga disempatkan untuk ke ladang atau sawahnya. Pemupukan dan penyemprotan serta pengamatan hama dilakukan saat-saat tersebut.

Sedangkan untuk pengolahan lahan biasanya dibantu oleh tenaga buruh, hal terebut dikarenakan untuk pengolahan lahan dibutuhkan tenaga yang banyak. Biasanya 3-5 orang tenaga yang diperbantukan untuk pengolahan lahan serta penanaman tanaman.

Dari hasil pertaniannya Alhamdulillah, Sukirno sudah bisa menyekolahkan 2 anaknya di perguruan tinggi, satu anaknya sudah selesai kuliah tinggal satu orang lagi. Hasil dari pertaniannya bisa digunakan untuk membayar SPP dan biaya indekos serta kebutuhan buku lainya, sedangkan gaji dari perangkat desa digunakan untuk makan dan biaya foto copy kuliah, serta kebutuhan rumah tangganya.

Desa Grantung, Awali Masa Tanam Dengan Susuk Wangan

Mengawali masa tanam, masyarakat desa Grantung Kecamatan Karangmoncol secara bergotong royong melakukan susuk wangan. Yakni melakukan pembersihan saluran irigasi dari material yang menghambat laju air seperti endapan lumpur, batu-batuan atau material lainnya seperti kayu, plastik dll yang terbawa air.

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh warga Grantung tanpa terkecuali, ada sekitar 500 orang yang ikut melakukan pembersihan irigasi.

Saluran irigasi ini mempunyai panjang sekitar 1.200 meter yang mengairi sawah kurang lebih sekitar 126 hektar. Menurut kepala Desa Grantung, Karyono 90 persen sawah ditanami dengan padi sisanya untuk perikanan dan tanaman hortikultura lainnya.

Sejak 2 tahun kepemimpinan Karyono ada berbagai kegiatan yang dilakukan untuk menggenjot agar produksi pertanian meningkatkan. Antara lain melakukan pemburuan babi hutan, gropyokan tikus serta perbaikan saluran irigasi.

Ada 5 permasalahan pertanian yang harus diperhatikan dan menjadi prioritas menurut Karyono, yakni ketersediaan pupuk, pengairan, penanaman serempak, pengadaan peralatan dan pemberantasan hama. Kalau kelima permasalahan bisa diatasi dengan baik Insyallah panen bisa meningkatkan.

” Kami mempunyai target satu hektar lahan bisa menghasilkan padi kurang lebih 5-6 ton. Untuk itu kami Pemdes mohon dukungan dari Pemda Purbalingga khususnya untuk perbaikan intake saluran irigasi, yang ambrol pada tahun 2019 yang sampai sekarang belum diperbaiki,” pintanya.

Untuk mengairi sementara kami melakukan swadaya untuk membuat bronjong yang terbuat dari bambu. Dan melakukan pembersihan saluran intake dari material banjir yang menutupi saluran intake kurang lebih dengan kedalaman 1,5 meter.

Selain pembersihan saluran irigasi, Karyono juga melakukan penghijauan sekitar tangkapan air dengan berbagai pohon seperti pohon Trembesi, Flamboyan, Loa, Kamboja dan Cemara.

Pembibitan dilakukan secara mandiri maupun pemberian dari dinas terkait. Ada kurang lebih 50 pohon loa yang telah ditanam disekitar tangkapan air.

Pohon Loa menurut Karyono secara pengakaran lebih baik dibandingkan pohon beringin. Selain rimbun akar pohon Loa lebih kuat dibandingkan penggunaan bronjong sebagai pengaman daerah aliran sungai (DAS).

” Tahun lalu kami mendapatkan bibit pohon sebanyak 200 batang, yang telah kami tanam di seluruh lahan di desa Grantung,” katanya

Hobi menanam cerita Karyono bukan hanya setelah menjadi Kades saja namun sudah dilakukan jauh sebelum jadi kades. Penanaman pohon dilakukan tanpa pamrih. Karyono mempunyai prinsip semua lahan bisa ditanami walaupun bukan miliknya dan silahkan diambil manfaatnya oleh pemiliknya. (*)

RSS
Follow by Email
WhatsApp