Kumpulkan Sampah Buat Bayar Listrik

Sobat Inspirasi, kalau berbicara sampah, tentunya semua orang akan menutup hidungnya dalam-dalam. Permasalah sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja namun juga menjadi tanggung jawab semua orang.

Jika semua orang arif dalam membuang sampahnya, yakni memilih dan memilah sampah maka persoalan sampah bisa diatasi, khususnya sampah rumah tangga.

Karsun (41 th), salah satu penggagas bank sampah di Desa Tajug Kecamatan Karangmoncol, mengatakan kalau kita bijak dalam mengelola sampah, maka sampah itu akan menjadi uang. Sampah tidak menjadi persoalan lagi bagi masyarakat.

” Kami bersama istri tanpa malu-malu, tanpa sungkan setiap pagi keliling kampung dengan bersepeda untuk mencari plastik-plastik sampah. Seperti botol plastik, cup plastik dan berbagai jenis sampah dari plastik,” katanya, Minggu (14/03/2021)

Selain keliling kampung, juga di kumpulkan dari sampah rapat yang biasanya dilaksanakan di desanya, dimana kebetulan Khamsi merupakan salah satu perangkat desa Tajug.

Sampah yang sudah dipunguti dipilah dan dikumpulkan di gudang

“Kami tidak malu, karena ini bisa menjadi uang dan juga membantu pemerintah dalam menjaga lingkungan agar tetap sehat, bersih dan menjaga kesuburan tanah dari polusi sampah plastik,” katanya.

Setiap bulannya dari plastik yang dikumpulkan bisa untuk bayar listrik, kalau lebih bisa digunakan untuk sekedar nambah jajan anak. Penjualan sampah plastik tergolong sangat mudah, banyak pengepul yang datang rumah untuk membelinya.

Selain sampah listrik, Karsun juga menampung sampah rumah tangga khususnya sisa jeroan burung puyuh dari tetangganya yang berjualan menu olahan daging puyuh. Sisa jeroan dikumpulkan untuk pakan lele yang di buat di tanah bengkoknya.

“Lumayan 3-4 bulan kita bisa panen lele, selain bisa menambah gizi keluarga, jika ada lebihnya bisa kita jual ke para tetangga dan ini menambah income bagi ekonomi keluarga,” katanya.

Menurut Karsun, hidup ini perlu kreativitas, tidak hanya mengandalkan gaji dan bengkok  saja namun perlu putar otak agar kebutuhan pokok rumah tangga bisa tercukupi. Apalagi kebutuhan semakin hari semakin tinggi sehingga perlu obah ( bergerak) agar bisa mamah (makan).

” Kebutuhan sandang, pangan, papan mungkin bisa tercukupi, namun kebutuhan pendidikan anak kedepan harus kita pikirkan dari sekarang. Harus nambung dari sekarang agar pendidikan anak-anak bisa lancar,” pungkasnya. (Sap’$)

RSS
Follow by Email
WhatsApp