Robusta Javanica Kopinya Orang Rembang

SobatInspirasi _ Kalau bicara Rembang tentunya tidak akan terpisahkan dengan nama besar Jenderal Soedirman yang mana beliau nya merupakan kelahiran disana. Terkait kopi Rembang juga mempunyai kekhasan sendiri, yakni pahitnya tipis, tekstur lembut, aromanya harum, bentuknya sedang dan sedikit agak masam dan manis.

Hal itu disampaikan oleh Rudianto salah satu pegiat kopi di Kecamatan Rembang, saat kegiatan Gathering Rasa Soedirman yang diselenggarakan oleh Dinporapar Purbalingga, Minggu (7/8/2022).

” Varian tersebut dinamakan Robusta Javanica, yang merupakan original robusta, selain itu juga ada house blend yang merupakan campuran dari   kopi Robusta Rembang dan Arabika. Arabika berasal dari Gunung Malang atau Senggani Banjarnegara,” ujarnya sambil mempruring kopi pesanan tamu. 

Rudi mengatakan dua varian itu dijual dengan kemasan 100 gram. Untuk Robusta dijual hanya Rp 15 ribu dan House bland dijual Rp 20 ribu. Unt House bland campurannya 70 persen Robusta dan 30 persen Arabika.

Terkait dengan penjualan Rudi mengatakan masih berjualan dari kedai  ke kedai yang dijalani setiap malam. Juga melalui pesan WA dan IG, kurang lebih 15 kilogram perbulan kopi bisa dijual. ” Pesan WA bisa di 085877485006, IG @sitangkil_coffee,” ujarnya.

” Adanya pandemi Covid-19 kemarin memang sangat merugikan penjualan khusus disektor perkopian. Ditahun 2022 ini kami mulai bergeliat, dan harapannya bisa meningkatkan penjualan kopi,” ujarnya.

Guna meningkatkan penjualan, Rudi juga berencana  untuk membuat kedai kopi di dekat MTL Jensud Rembang. Hal ini dilakukan agar nama bisa membumikan nama Rembang atau nama Purbalingga sebagai Bumi Soedirman

Rudi Kopi Holic, Petani Kopi Milenial

Sobat Inspirasi, Rudi atau lebih dikenal dengan Rudi Kopi Holic, merupakan seorang pemuda yang mendarma baktikan hidupnya untuk bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani, khusunya petani kopi. Sebagaimana diketahui bersama, tingkat kesejehteraan petani selama ini belum sesuai dengan ekspektasi yang diinginkan.

Mereka masih menggunakan pola lama dalam mengelola baik pra produksi, pasca produksi dan pemasarannya. Contohnya adalah pemetikan secara jotos (ijo atos) yakni memetik kopi walapun belum merah (masih hijua) yang penting sudah keras tetap dipetik. Dengan sistem petik ini berakibat menurunkan kualitas kopi.

Yang selanjutnya menggunakan pola tanamklasik, yakni pohon kopi dibiarkan menjulang tinggi sehingga dalam pemetikan mengalami kesulitan. Kemudian didalam penjemuran tidak menggunakan tatakan, digelar begitu saja diatas tanah sehingga bau tanah melekat pada kopi.

Mainset inilah yang mau dirubah secara perlahan oleh Rudi agar tingkat kesejahteraan petani kopi meningkat. Mulai dari peremajaan tanam dengan sistem sambung batang dengan kopi yang berkualitas, pemupukan yang berimbang dengan pupuk kandang, pencegahan hama khususnya penggerek pucuk batang.

Kemudian pengolahan kopi yang berkualitas, yakni dimulai dengan petik merah, penyortiran biji kopi, pola penjemuran dengan sistem natural, slow natural, wine. 3 pola penjemuran ini bisa menghasilkan cita rasa kopi yang berbeda.

Setelah itu pacacking dan sistem pemasaran, Rudi setiap malam harus keluar masuk kafe (kedai kopi) untuk cuping. Yang namannya jualan tidak mesti diborong, namun rata-rata semalam bisa menjual 3-5 kg kopi jawa berbagai varian, baik yang natural, slow natural maupun wine.

Rudi dengan kopi yang sama bisa menjual kopi jawa satu kilonya bisa 50 ribu rupiah, namun petani hanya bisa menjual 12 ribu saja itu pun sudah mentok. Pengelolaan kopi yang berkualitas yang menimbulkan selisih harga mancapai 5 kali lipat, kalau ini dilakukan oleh semua petani sungguh sangat menguntungkan.

Ilmu yang dipelajari Rudi semuanya dari otodidak, yakni melihat youtube dan masuk dalam grup petani kopi seluruh Indonesia. Setiap malam tak pernah absen untuk melihat tutorial dari para mentornya, dikarenakan siang hari harus bekerja di kebunnya. Kalau dulu setelah ke kebun badannya pegel-pegel, sekarang jika tidak ke kebun sehari saja tubuh pegel-pegel.

Kebunnya yang satu lagi memang agak jauh dari rumah, dengan posisi di bukit dan belum bisa dilalui oleh kendaraan, sehingga membutuhkan ekstra tenaga yang kuat. Rudi bercerita untuk melakukan pemupukan pohon kopinya harus memanggul satu karung kompos dengan waktu tempuh selam 30 menitan dari rumah. “Sungguh melelahkan, namun karena dilakukan dengan senang kita tetap enjoy saja” katanya.

Selain fasih dalam pengelolaan kopi walaupun bukan sarjana pertanian, hanya lulusan SMA saja , Rudi juga merupakan seorang barista, walaupun sampai saat ini belum mengantongi sertifikat barista. Dianya bisa mengetahui bagaimana caranya agar cita rasa khas kopi itu muncul.

Secara umum citarasa utama pada kopi menurut Rudi adalah fragrance (bau kopi bubuk kering), aroma (bau sedap), flavor (khas bau kopi), body (kekentalan), acidity (rasa asam enak), bitterness (rasa pahit), dan sweetness (rasa manis). Barista yang profesional, yakni yang bisa memunculkan karakter kopi yang ada, sedangkan petani kopi yang profesional adalah bagaimana menjadikan kopi itu berkualitas yang mempunyai karakter.

Rudi juga membuka lebar-lebar terkait sharing ilmu perkopian atau terkait pemasaran (pembelian) bisa datang langsung ke kediamannya di Desa Wanogara Wetan Kecamatan Rembang atau bisa menghubungi lewat ponselnya di 0858-7748-5006.

RSS
Follow by Email
WhatsApp