Sobat Inspirasi, tanpa canggung dan ragu, Fais (40 th) asal Desa Kramat mengambil kotoran yang sudah dalam bentuk lonjongan seperti coklat yang ditaburi kacang mete. Yah feces luwak menjadi pekerjaan yang sekarang ditekuninya selain budidaya kopi Sigotak yang berjenis Robusta.
Keluar masuk hutan dilakoninya untuk mendapatkan kotoran luwak, yang kita kenal dengan kopi luwak, yakni biji kopi yang dimakan luwak yang dikeluarkan menjadi feces. Kopi ini sangat diminati oleh para penggemar kopi dikarenakan aroma dan rasa yang nikmat.
Untuk mendapatkan satu kilogram kopi luwak dalam bentuk rose bean, Fais harus mengumpulkan kurang lebih satu bulan. Memang sangat susah untuk mendapatkan kopi luwak kata Faiz, harus tahu tempat-tempat yang sering digunakan luwak untuk membuang kotorannya.
Baca Juga : Jualan Kopi di Rumah Omset Puluhan Juta
Untuk mendapatkan kopi luwak yang higienis dan halal harus dilakukan beberapa tahapan. Yakni kotoran luwak yang baru harus diendapkan terlebih dahulu selama satu hari, baru boleh diambil.
Kotoran luwak yang didapat kemudian dicuci dengan air mengalir setelah itu dijemur sampai kering. Setelah kering baru dikupas cangkangnya, kemudian diroasting.
Keunggulan kopi luwaknya dikarenakan langsung diambil dari hutan, bukan luwak budidaya. Kotoran Luwak yang ada bukan hanya kopi saja namun bercampur dengan biji-bijian hutan lainnya.
Sehingga perlu dipilah dan dipilih untuk membuat kopi yang berkualitas. Satu kilogram rose bean kopi luwak dijual seharga satu juta rupiah. Selain perkilogram Fais juga menjual dalam bentuk per 100 gram dengan harga seratus ribu rupiah.
Are penjualan bukan hanya di Purbalingga saja namun sudah merambah ke kabupaten tetangga, seperti Purwokerto, Pemalang dan juga Semarang. Kadang pembeli datang ke kedai kopi Sigotak yang berada di desa Kramat Kecamatan Karangmoncol, kadang juga dilakukan lewat jasa pengiriman barang. (*)