Renovasi Lahan Non Produktif dengan Beternak Ikan

Sobat Inspirasi, Adanya beberapa lahan tidak produktif di desa Grantung Kecamatan Karangmoncol, membuat pemerintah desa dalam hal ini kepala desa membuat suatu gebrakan yakni pembuatan kolam pembesaran ikan. Lahan sawah yang dulunya tidak produktif dikarenakan kurang mendapatkan pencahayaan disebabkan terlindung dari tanaman besar disekitarnya disulap menjadi kolam ikan.

Tak tangung-tangung 1 hektar sawah bengkok (gaji kepala desa) di buat kolam ikan. Karyono Kepala Desa Grantung mengatakan, pemerintah desa harus memberikan contoh dulu kepada masyarakat agar bisa beralih dari lahan tidak produktif dikelola agar bisa produktif.

Dulu lahan ini hanya dihargai 500 ribu perbulan, sekarang dengan sudah 5 kali lipat harganya, dan ini sungguh fantastis. Pola pemeliharaan ikan menggunakan cara organik yakni dengan menggunakan pakan alami yakni dengan daun senthe urang.

Kemudian kotoran ikan dengan sistem pipanisasi nantinya akan dibuang ke lahan persawahan untuk menjadi pupuk organik. Selain kolam pembesaran juga akan dikembangkan kolam pemancingan, kolam ini berfungsi untuk rekreasi dan penyaluran hobi mancing bagi temen-temen yang hobi mancing.

Kades Grantung, Karyono

Kedepan didekat kolam pemancingan akan dibikin kedai kopi, agar para pemancing bisa menikmati sensasi kopi sambil mancing. Terkait dengan pemasaran, pemerintah desa sudah bekerjasama dengan berbagai steakholder yang ada baik di Kabupaten Purbalingga juga di Kabupaten Banjarnegara.

Pemerintah desa juga sudah berkoordinasi membuat jejaring ke restoran-restoran dan rumah makan di sekitaran Purbalingga. Insyallah kalau dikembangkan secara serius, nilai keuntungan bisa mencapai lima kali lipat.

Kemudian dengan pembuatan kolam pembesaran juga akan banyak menyerap tenaga kerja, satu hektar menyerak sekitar 15 orang pekerja. Sehingga pembesaran ikan ini bisa sedikit mengurangi beban masyarakat akibat pandemi virus-19.

” Ada beberapa orang yang terkena PHK yang kita pekerjakan di kolam pembesaran ini,” pungkasnya, Rabu (7/8). #PembesaranIkan#KolamIkan#LahanTidakProduktif#RenovasiLahan#LahanNonProduktif#Grantung#Karangmoncol#InspirasiKu

Bisa dilhat di chenel diatas

Karangmoncol Destinasi “Hampala Wild Fishing”

Sobat Inspirasi, Selain terkenal dengan potensi wisata alam Siregol Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol juga mempunyai potensi terpendam yakni  potensi memancing ikan hampala di alam liar. Ikan ini sangat diminati oleh para penggemarnya sebagai ikan hias. Ikan hampala juga mempunyai nilai jual yang tinggi dibanding ikan sungai lainnya.

Salah satu peserta mancing mania, Titis Panjer Rahino mengatakan potensi ikan hampala di sungai-sungai di wilayah Karangmoncol sangat menarik para pemancing disetiap akhir pekannya. Hampir di seluruh desa dalam wilayah Kecamatan Karangmoncol mempunyai spot potensial untuk wild fishing yaitu di sepanjang Sungai Karang dan Sungai Gintung (mengalir melintasi Desa Grantung, Rajawana, Pekiringan, dan Pepedan) dan Sungai Tambra (mengalir melintasi Desa Sirau, Kramat, Baleraksa sampai Karangsari).

“Bahkan di setiap genangan air di sungai dan sawah pada waktu musim kemarau bisa dijadikan alternatif,” ujar Titis

Titis mengatakan Tren memancing bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup namun memancing merupakan budaya hidup dan sebagai ajang rekreasi. Bisanya pada hari minggu atau hari libur, spoti mancing sudah penuh sejak pagi hingga petang hari, bahkan ada yang mancing dari malam sampai pagi hari.

Para pemancing menurut Titis datang dari berbagai daerah di sekitar Kabupaten Purbalingga, bahkan ada yang datang dari wilayah Banyumas dan sekitarnya. Memancing di alam liar lebih banyak tantangan dan lebih mengasyikkan, karena selain bisa melihat pemandangan alam yang indah, juga tidak ada beban apabila tidak mendapatkan ikan.

“Apabila beruntung mendapatkan ikan, maka ada kebanggaan tersendiri , apalagi jika bisa strike dan landed ikan dengan frekuensi yang sering. Hal tersebut berbeda dengan memancing di kolam dalam suasana galatama maupun di pemancingan harian dengan tingkat kejenuhan yang tinggi dan dinilai kurang menantang,” ujar Titis.

RSS
Follow by Email
WhatsApp