Hardika Dwi Hermawan Seorang Inisiator Desamind Indonesia

SobatInspirasi– Hardika Dwi Hermawan, pemuda asal Desa CIpaku, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, telah menorehkan prestasi di bidang pengabdian masyarakat. Pemuda berusia 29 tahun ini telah berkontribusi dengan menginisiasi sebuah organisasi sosial bernama Desamind.

Desamind merupakan organisasi non-profit di bawah naungan Desamind Indonesia Foundation yang berbasis pendidikan dan sosial kemanusiaan, ekonomi, serta lingkungan. Desamind beranggotakan 1000 pemuda dari seluruh penjuru Indonesia yang menjadi mitra di banyak desa, tujuannya membentuk masyarakat maju, berdaya saing, serta melek peradaban.

Sejak awal mulanya di tahun 2020, Desamind mampu memperoleh penghargaan Top 3 Mata Garuda Prize di bidang pengabdian masyarakat dan lingkungan dari LPDP Kementerian Keuangan. Kemudian di tahun berikutnya, pada ajang yang sama, Desamind memperoleh penghargaan produk binaan terbaik dalam bidang bisnis dan ekonomi.

Walau baru 2 tahun bergerak, kini Desamind memiliki 12 cabang resmi yang berada di berbagai kabupaten di Indonesia. Setiap chapter memiliki desa-desa mitra di kabupaten masing-masing sebagai target pengembangan desa. Di tahun 2021 Desamind Chapter Purbalingga bermitra dengan desa-desa di Kecamatan Bojongsari, Purbalingga.

Hardika Dwi Hermawan sebagai salah satu pendiri Desamind Indonesia Foundation, memiliki segelintir prestasi dan penghargaan seperti Peraih Alumni Award LPDP’19 Bidang Pendidikan, Penerima Beasiswa LPDP Luar Negeri Jalur Prestasi Nasional/Internasional, serta meraih lebih dari 40 Penghargaan Nasional/Internasional.

Hardika menjelaskan bahwa yang melatarbelakangi terbentuknya Desamind Indonesia adalah keresahan dan rasa tanggung jawab sosial ketika ia baru saja menyelesaikan studinya dari luar negeri.

“Pada awalnya saya berpikir tentang apa yang sebenarnya bisa saya lakukan ketika pulang ke desa. Kemudian saya dan teman-teman, memulai gerakan bernama Desamind. Desa sebetulnya juga punya potensi, hanya saja kalau mau berkembang memang butuh adanya pola pikir. Kami ingin menumbuhkan mindset dan semangat berkembang para pemuda demi masa depan desa,” ujarnya.

Sebagai salah satu pendiri Desamind Indonesia Foundation, Hardika berharap dan mengajak para pemuda untuk menjadi agen perubahan. Sudah sepantasnya lanjut Hardika, para pemuda memiliki wawasan luas dan kompetensi kelas dunia, namun harus tetap punya sikap dan pemahaman akar rumput permasalahan seputar desa. (GIN/Kominfo)

Aad Purwanto Kembangkan Lidah Buaya Jadi Olahan Makanan Yang Menguntungkan

SobatInspirasi, Aad Purwanto yang beralamat di RT 14 RW 05 Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan mengembangkan tanaman lidah buaya yang cukup menghasilkan. Keinginan untuk berwirausaha penanaman lidah buaya diilhami sejak dirinya merantau di perkebunan lidah buaya yang sangat luas di Kalimantan.

Pada tahun 2019, Purwanto pulang ke Purbalingga untuk mengembangkan tanaman lidah buaya dengan luas lahan kurang lebih 4.550 m2, yang sebelumnya ditanami singkong yang saat itu kurang menguntungkan. Pada bulan Desember tahun tahun itu Purwanto lantas membeli di Bogor sejumlah 2.500 pohon, lalu di tanam dilahan miliknya.

Varietas yang ditanam berjenis Aloe Chinensis merupakan varietas yang memiliki keunggulan produksi. Lidah buaya jenis ini setiap pelepahnya memiliki berat sekitar 0,8 – 1,2 kg. Sampai sekarang Aan Purwanto memiliki sekitar 3.000 tanaman lidah buaya dan sudah rutin memanen setiap 15-20 hari sekali .

“ Pelepah bermutu A yang nantinya yang akan dijual ke pengepul di Wonosobo, menurut Purwanto mempunyai ciri-ciri tanpa cacat atau serangan hama penyakit daun,” katanya Rabu (8/6/2022)

Sedangkan yang berkualitas nomor 2 (bukan super) lanjut Purwanto akan dibuat makanan olahan seperti Nata de Aloe vera, Minuman, Puding, Es Cream, Selai, Stick, Jenang, Wajik, Teh, Permen, Bolu Basah, Bolu Kering dan Stickulpi. Untuk menarik pembeli diberikan berbagai variasi rasa seperti, strobery, pandan dll.

“ Setiap pohon diambil 2-3 pelepah dan panennya diatur agar bisa terus berproduksi. Untuk pelepah lidah buaya yang super di jual online ke Wonosobo, Banten dan Bogor,” kata Purwanto yang juga sebagai anggota Kelompok Tani Mugi Lestari Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan.

Menurut Purwanto dalam mengolah lidah buaya semua bagiannya bisa dimanfaatkan tidak ada yang terbuang. Dagingnya batangnya digunaka untuk olehan makanan dan  kulit pelepah dimanfaatkan untuk membuat pupuk cair. Untuk pengolahan masih menggunakan peralatan yang sederhana.

Pemasaran produk olahan lidah buaya tersebut masih sekitar Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banjarnegara. Ketika ditanyakan omsetnya sebulan Purwanto mengatakan sudah cukup lumayan menambah pendapatan rumah tangga dibandingkan sebelumnya hanya bertanam singkong.

“ Harapan kedepan semoga usaha pengolahan lidah buaya terus berkembang dan bisa membuka peluang usaha atau lapangan pekerjaan untuk masyarakat,” pungkasnya (dy)

Menguak Tabir Misteri Kadipaten Mesir

SobatInspirasi-Historia Perwira kembali menggelar diskusi sejarah. Pada edisi ke 3 kali ini, tema yang diangkat adalah “”Menguak Tabir Misteri Kadipaten Mesir” Purbalingga bertempat di Kedai Pojok, Minggu (05/06).

Acara menghadirkan pemantik Gunanto Eko Saputro (Penulis Sejarah), Indaru Setyo Nurprojo (Dosen Ilmu Politik Unsoed) dan Agus Sukoco (Budayawan) dengan moderator Muhammad Kholik (Founder Griya Petualang Indonesia). Sekitar 50 orang pemerhati sejarah Purbalingga mengikuti acara tersebut.

“Tak banyak yang tahu kalau di Purbalingga pernah eksis sebuah wilayah bernama Kadipaten Mesir. Ada arsip peta yang tersimpan di National Arsip Belanda membuka selapis tabir misteri kadipaten itu. Ini yang menjadi topik utama diskusi kali ini,” ujar Gunanto dalam diskusi.

Peta yang dimaksud oleh Gunanto bertajuk Plattegrond in Vogelvlucht van de Vesting Missier atau Peta Benteng Mesir Tampak dari Atas dengan tarikh 16 Desember 1681. Peta itu menceritakan spesifikasi Benteng Mesir dan peristiwa penyerangan oleh gabungan Tentara VOC dan Mataram dengan pimpinan bernama Komandan Couper dan Tumenggung Soewanata. Sementara, orang nomor 1 di Mesir dipanggil dengan sebutan Raja Namrod.

Benteng Mesir mempunyai pagar luar yang disebut Pager Banowatty sepanjang 1021 roeden dengan gerbangnya sepanjang 189 roeden. Kedua ada Madjapahit tinggi 13 kaki. Benteng Mesir digambarkan sangat kuat dengan komponen utama balok kayu besar, di dalamnya ada pemukiman, kandang kuda dan gudang perbekalan. Pemukiman utama berada di sebelah timur Sungai Klawing yang untuk mencapainya dari Bannowatty harus melewati jembatan kayu selebar 18 roeden. (1 roeden = 3,367 meter). Kemudian ada nama tempat lainya, yaitu, Bukit Onje Luhur, Selinga dan Tambakbaja.

“Saya telusuri nama-nama tempat yang ada di dalam peta. Missier atau Mesir, sekarang menjadi nama pedukuhan di Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Banowatty atau Banowati juga. Majapahit, kini juga nama pedukuhan di Desa Karangturi, dekat Onje. Selinga / Slinga merupakan yang masuk Kecamatan Kaligondang dan Tambakbaya nama padukuhan di Desa Patemon, juga sekitar Onje,” imbuh pria yang akrab dipanggil Om Igun itu.

Kenapa namanya Mesir dan pimpinannya disebut Namrud?

Gunanto menjelaskan berdasarkan tulisan Toto Endargo berjudul ‘Kadipaten Mesir di Onje’ (26 April 2017) dan artikel Prof. Sugeng Priyadi dalam Jurnal Humaniora Edisi 2 Juni 2006 berjudul ‘Konflik Sosial Tabu Nikah pada Masyarakat di Pedesaan Purbalingga dan Banyumas’ serta cerita masyarakat setempat bahwa Mesir didirikan oleh cucu dari Adipati Onje II (Hanyakrapati) yang bernama Nur Alim. Ia merupakan anak dari Rara Surtikanti dengan Adipati Tegal. Saat sudah dewasa, Ia kembali ke Onje dan mendirikan kadipaten baru karena Onje sudah redup (silep) yang diberi nama Mesir.

Nur Alim memberikan nama Mesir karena dididik secara Islam dan banyak mendengar cerita-cerita negeri-negeri yang berada di Al-Quran. Mesir kemudian berkembang menjadi wilayah yang cukup disegani.

Sebagai penguasa keturunan Pajang, Nur Alim enggan tunduk terhadap Mataram dan Ia menolak untuk menghadap ke Susuhunan Amangkurat II selaku penguasa tertinggi di Tanah Jawa saat itu. Oleh karenanya, Ia dianggap penguasa yang sombong dan diberi julukan jelek, Namrud. “Jadi, Namrud adalah julukan bernada ejekan yang diberikan Mataram terhadap Nur Alim karena dianggap jumawa dengan tidak mau tunduk,” imbuh Gunanto.

Singkat kata, Mesir pun digempur pasukan gabungan VOC – Mataram dan berhasil dikalahkan. “Mesir dibumihanguskan yang ditandai dengan keterangan di Peta yang menyebutkan tempat di mana Namrud dibunuh dan kemudian dibakar berserta rumah dan bentengnya,” pungkasnya.

Hal itulah yang menurut Gunanto menjadi salah satu kemungkinan Mesir kemudian seolah hilang dari peradaban.

Dosen Ilmu Politik Unsoed Indaru Setyo Nurprojo yang hadir sebagai pemantik diskusi menyatakan keberadaan peta yang disampaikan Gunanto memberikan titik terang eksistensi Kadipaten Mesir yang selama ini kurang terdengar. Namun, Ia manambahkan sejarah biasanya ditulis oleh para pemenang. “Jadi perlu ada kajian lebih komprehensif untuk mengungkap sejarah Kadipaten Mesir agar jelas dan gamblang,” ujarnya.

Sementara Budayawan Agus Sukoco menambahkan cerita Kadipaten Mesir semakin menambah khazanah sejarah Purbalingga. Menurutnya, kawasan di Lereng Timur Gunung Slamet itu sejak dulu memiliki peradaban yang tua dan unggul. “Ada apa sampai pusat kekuasaan nasional saat itu harus memberikan perhatian begitu besar kepada wilayah yang cukup jauh, pasti ada sesuatu yang besar di sini,” katanya.

Ia berharap diskusi dan kajian sejarah tentang Purbalingga dan sekitarnya terus dilanjutkan. “Selama ini sejarah hanya berkutat yang besar-besar, misalkan Majapahit atau Sriwijaya, Demak, Mataram. Ini patut diapresiasi karena mengangkat sejarah lokal dan ternyata tidak kalah menarik,” ujarnya.

Knalpot Purbalingga Mejeng di Sirkuit Mandalika

Sobat Inspirasi, Knalpot Purbalingga mendapat kehormatan untuk bisa “mejeng” dalam Expo UMKM dalam rangka memeriahkan Moto GP 2022 di Sirkuit Mandalika, Lombok NTB. Expo UKM ini diikuti oleh 197 pelaku UMKM untuk kategori automotive, merchandise, suvenir, dan healthy dan produk unggulan lainnya.

Proses keikutsertaan serta knalpot Purbalingga menurut Plt Sekdin DinkopUKM Purbalingga Adi Purwanto, telah berproses mulai awal Januari 2022 yang dilakukan oleh DinkopUKM Provinsi Jawa Tengah bersama produk-produk unggulan lainnya dan diusulkan kepada Kemenkop UKM RI.

” Seleksi dan kurasi calon peserta pameran dilakukan dengan menilai brand image produk, kunjungan langsung dan sampel produk. Dari 297 pelaku UMKM yg diseleksi dari seluruh Indonesia, lolos sebanyak 197 pelaku UMKM dan salah satunya produk knalpot dari Purbalingga,” kata Purwanto saat dihubungi melalui pesan singkat Jum’at (18/3/2022)

Purwanto mengatakan perhelatan Moto GP diharapkan dapat meningkatkan promosi knalpot Purbalingga diajang nasional maupun internasional. Harapannya ada investor yang tertarik dan kedepan bisa dilakukan ekspor knalpot Purbalingga.

” Saat ini harga knalpot antara Rp 400 ribu sampai Rp 1,5 juta rupiah, hal tersebut sesuai dengan ukuran, kerumitan pembuatan dan bahannya,” tambahnya.

Pada saat Menteri Koperasi dan UKM, mengunjungi stan knalpot Purbalingga , menurut Purwanto sangat mengapresiasinya. Beliau juga berjanji akan memfasilitasi terkait permasalahan standarisasi knalpot Purbalingga yang sampai saat ini belum clear.

Even Expo UKM menurut Purwanto cukup unik dan meriah dikarenakan tidak hanya fokus di dalam arena balap tapi juga diluar arena. Selain Expo juga ada panggung hiburan, Festival Kuliner dan Festival Foodtruck.

” Yang cukup unik juga disekitar Sirkuit Mandalika juga banyak didirikan camp untuk para pengunjung yang tidak kebagian penginapan karena membludagnya kunjungan,” pungkasnya. (-dy)

Usai Dilantik, Kepengurusan Rohis SMA SMK di Purbalingga Diminta Kuatkan Karakter Religius

Sobat Inspirasi, Setelah dilantik menjadi pengurus Rohani Islam (Rohis) SMA/SMK Kabupaten Purbalingga Masa Hidmah Tahun 2022, mereka diharapkan selain mampu mengoptimalkan kegiatan kerohisan, juga ditantang menjadi generasi yang tidak memihak ke ekstrim kanan atau ke ekstrim kiri demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hal itu diungkapkan, Pengawas Guru PAI SMA/SMK Purbalingga, Mohammad Catur, usai melantik pengurus Rohani Islam (Rohis) SMA/SMK Kabupaten Purbalingga Masa Hidmah Tahun 2022.

Adapun, kegiatan pelantikan kepengurusan Rohis SMA/SMK ini dilaksanakan di Aula Lantai 3 SMA Negeri 1 Purbalingga usai mengikuti kegiatan Kemah Rohis Virtual 3 Jawa Tengah, 21-23 Desember 2021.

“Gererasi muda adalah sebagai harapan bangsa di semua lini, kemudian harapannya Insyaalloh di pundak-pundak merekalah harapan kita,” katanya.Termasuk masalah-masalah keagaman, isu-isu moderasi beragama, ini generasi muda juga harus peka,” ujarnya.

Pelantikan pengurus Rohis

Harapan terhadap kepengurusan Rohis SMA/SMK di Purbalingga juga datang dari Ketua Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Kabupaten Purbalingga Priyanto.

“Dengan kepengurusan baru ini, moderasi beragama diharapkan dapat menguatkan karakter religious generasi muda. Setelah mengikuti kemah virtual diharapkan penguatan moderasi beragama lebih merata kepada generasi muda di Purbalingga,” imbuhnya.

Sementara, Sudarto, Pembina Rohis SMK Widya Manggala Purbalingga, merasa senang dan bangga atas terlantiknya pengurus Rohis SMA/SMK Kabupaten Purbalingga.

Pihaknya juga berharap, para pengurus Rohis bisa menjadi contoh yang baik bagi generasi muda lainnya dalam berjuang dan berkarya mewujudkan moderasi beragama di Indonesia dan khususnya di Purbalingga. (-dy)

Teras Budaya 2021 : Tumbuhkan Kebanggaan dengan Sejarah dan Budaya

Sobat Inspirasi – Wilayah Kabupaten Purbalingga ternyata memiliki sejarah panjang yang terentang sejak era purbakala. Cacatan itu sudah selayaknya menjadi kesadaran bersama untuk menumbuhkan kebangaan kita sebagai orang Purbalingga.

Hal itu terungkap dalam acara Teras Budaya 2021 sebuah wadah diskusi tentang sejarah dan budaya Purbalingga yang digagas oleh Gerakan Mahasiswa Purbalingga (Gemalingga).

“Tema kali ini adalah ‘Menumbuhkan Rasa Kebangsaan melalui Kebudayaan’, kami berharap ini menjadi agenda rutin agar anak muda memiliki kesadaran kesejarahan dan budaya,” ujar perwakilan panitia Sofyanudin dari Departemen Kajian Sosial dan Budaya Gemalingga pada acara yang digelar melalui daring, Sabtu (31/07).

Acara tersebut menghadirkan Gunanto Eko Saputro penulis sejarah Purbalingga, Budayawan Agus Sukoco dan moderator Laksa Tiar Makmuria dari Gemalingga.

Dalam kesempatan tersebut, Gunanto menyebutkan jejak sejarah Purbalingga memang cukup mengagumkan sejak era purbakala, Hindu-Budha, Islam, jaman kolonial, sampai perjuangan kemerdekaan. Ia mencontohkan Purbalinga mempunyai Situs Tipar di Desa Ponjen yang merupakan situs perbengkelan purba.

“Situs itu pernah diteliti Prof Harry Truman Simanjuntak Bapak Arkeologi Indonesia tahun 1983 dan masuk dalam Atlas Pra Sejarah Nasional sejajar dengan situs purbakala lainnya seperti Sangiran dan Trinil,” katanya.

Kemudian, pada era Hindu-Budha kita juga memiliki Prasasti Batu Tulis Cipaku dan Prasasti Bukateja yang menandakan kawasan di lereng timur Gunung Slamet itu penting pada era abad ke 5-8 Masehi. Lalu, kalau bicara era sesudahnya ada Kadipaten Wirasaba yang eksis sejak jaman Majapahit.

Teras Budaya 2021

“Wirasaba merupakan induk dari Banyumas Raya kini, saya berandai jika saat itu tidak terjadi Peristiwa Mrapat, budaya ‘panyinyongan’ sekarang namanya bukan Banyumasan tetapi Wirasabaan,” imbuhnya.

Beralih ke era Islam, ada Perdikan Cahyana yang mengirimkan kontribusi dalam pembangunan Kesultanan Demak. “Syech Wali Perkasa mendapat Surat Kekancingan dari Raden Patah yang menyatakan wilayah Cahyana bebas pajak dan berlaku pada era-era berikutnya,” imbuh Gunanto.

Pada kolonialisasi Belanda, Purbalingga memiliki peran penting dengan adanya pabrik tembakau, gula dan teh. Kita juga menjadi lokasi Lapangan Udara Wirasaba yang merupakan pangkalan militer penting di wilayah Jawa Tengah bagian selatan-barat.

Selanjutnya, pada saat perang kemerdekaan, rakyat Purbalingga juga bangkit untuk melawan penjajahan. Ada peristiwa Perang Blater, Perang Pepedan, Sabotase Belanda di Bobotsari dan lainnya.

“Seorang serdadu Belanda bernama Letnan Hans Gerritsen bahkan secara khusus menulis buku atas pengalaman selama tugas militernya di Purbalingga berjudul ‘De Hinderlag Bij Sindoeradja’ artinya Penyergapan di Sinduradja,” katanya.

Menurut Gunanto, sema catatan sejarah itu membuktikan orang-orang di ‘Bumi Pewira’ sudah menorehkan catatan emas sejak dulu kala. “Kita seharusnya bangga dan menggunakannya sebagai api semangat untuk membangun Purbalingga kini dan masa depan,” ujarnya.

Sementara itu, Budayawan Agus Sukoco menyebutkan saat ini sudah tak banyak orang yang tahu dengan cerita sejarah tersebut. Menurutnya, ketidaktahuan itu menyebabkan kita kehilangan jatidiri.

“Saat ini seolah-olah standar kemajuan kita adalah modernisasi yang menganut nilai-nilai barat, padahal nenek moyang kita mempunyai budaya adi luhung sendiri yang mulai terlupakan,” katanya.

Oleh karena itu, kata Agus, menggali sejarah dan budaya leluhur penting untuk mencari jati diri. “Kalau kita tidak menguasai ilmu untuk membaca tata buku masa lalu maka kita tidak bisa menguasai masa kini maka rencana masa depan hanyalah spekulasi, keinginan, dan angan-angan,” ujarnya mengutip penyair WS Rendra. (**)

Kisah Inspiratif : Tukang Potong Rambut, Cicil Motor Dengan SMULE

Sobat Inspirasi, cerita ini sungguh menarik dan meggelitik dihati, karena hanya seorang tukang cukur yang mungkin pengahasilannya terbilang cukupan namun beliau bisa mencicil motor dan cicilan BRI. Cukupan karena dengan kondisi rukonya yang berdinding semi permanen dan tarifnya cukup murah, hanya 10 ribu perak pergundul. Bener penanda tempat cukur ramput pun sudah compang-camping dikarenakan termakan usia.

Cerita ini bermula saat saya potong rambut di tempat Ben Slamet yang sering menjadi langganan, pada hari Rabu kemarin (15/7). Tak biasanya saya banyak tanya kepada Ben Slamet nama aslinya Feri Priyatno, terkait dengan adanya sound sistem dan mixer audio mini didepan saya. Dengan lancar Ben Slamet pun menceritakan hoby menyanyi di aplikasi SMULE kepada saya.

Profesi tukang cukur rambut dan menyanyi bukan karena mengikuti pelatihan mencukur ataupun audisi menyanyi, tapi merupakan hobinya sejak kecil. Ben Slamet kecil pernah jadi pengamen jalanan yang lambat laun mengasah vokalnya. Dan seringnya disuruh teman-temannya untuk mencukur rambut juga menjadi bisa mencukur dengan berbagai model. Kedua hobinya didapatkan secara otodidak mengalir sesuai kodrat alam.

Sehari dari profesi tukang cukurnya bisa mengantongi uang sebesar 200-300 ribu perak, yang di peruntukan menghidupi keluarga kecilnya. Sedangkan untuk mencicil motor dan BRI dianya mengandalkan suara emasnya yakni mengikuti kontes menyanyi di aplikasi SMULE. Setiap hari selalu ada ajang kontes menyanyi berbagai genre musik, baik dangdut, pop, jaz, maupun rock.

Ditempat Cukurnya terlihat peralatan buat smule

Terakhir dia mendapatan kejuaraan lomba menyanyi berbahasa Inggris yang diselenggarakan oleh orang Australia. Alhamdulilah masuk di babak 8 besar, sainganya banyak rata-rata berasal dari jebolan ajang audisi yang kerap diselenggarakan oleh TV-TV Swasta Nasional di Indonesia.

Untuk menyalurkan hobi menyanyinya, Ben Slamet harus mengeluarkan koceknya untuk menyewa WiFi Indihome, sebesar 300 ribu rupiah sebulannya. Biaya Indihome berasal dari hasil kontes nyanyi di Smule setiap bulannya. Kadang dari ajang smule bisa menjuarai juara 1, 2 kadang juga juara 3 atau juga juara harapan, yang hadiahnya bervariasi antara 500 ribu sampai 1,5 juta rupiah.

Di komunitas SMULE, Ben Slamet juga mendirikan komunitas sosial, khusus untuk menyantuni anak-yatim piatu. Komunitas itu bernama Komunitas Peduli Kasih (KPK) yang setiap bulan menerima donatur untuk kegiatan sosial bantuan anak yatim. Lewat nyanyi bareng di SMULE mereka memberikan donasinya lewat rekening, sampai hari ini sudah terkumpul dana kurang lebih 4 jutaan rupiah.

Semangat terus Ben Slamet KPK !!!! #TukangCukur #BenSlametKPK #KPK #Karangmoncol #Purbalingga #PeduliKasih #InspirasiKu

RSS
Follow by Email
WhatsApp