Sobat Inspirasi, menanam cabai diwaktu sekarang memang untung nya berkali-kali lipat. Hanya petik 7 kali, modal sekitar 10 juta rupiah sudah kembali, petikan ke 8 kalinya dan seterusnya tinggal memetik untung.
Hal tersebut dialami oleh seorang petani muda, Asroh Afqianto (32 th) asal Desa Pepedan Kecamatan Karangmoncol. Kegiatan menanam cabai sudah dijalani sekitar 4 bulan yang lalu dan kini capai yang didapat sekarang sedang dinikmatinya.
” Alhamdulillah sudah petikan ke 7 dan sudah mendapatkan sekitar 3 kuintal cabai. Satu kali petikan insyallah modal bisa nutup,” katanya, Selasa (6/4)2021).
Asroh mengatakan modal yang sudah dikeluarkan dari pengolahan lahan seluas 1/4 hektar, pembelian bibit, pemupukan dan pemberantasan hama sekitar 10 juta. Bibit cabai yang ditanam sekitar 3 ribu, dan sekitar 2 ribuan yang bisa tumbuh dengan baik.
Asroh dengan pohon cabainya
“Modal banyak terserap di pengolahan lahan, yakni terutama pembuatan bedengan, sekitar 6 juta rupiah. Hal ini dikarenakan dulunya lahan sawah yang dibuat bedengan,” tuturnya.
Karena dimusim penghujan ini, cabai atau tanaman hortikultura lainnya rentan terhadap genangan air. Sehingga perlu dilakukan pembuatan bedengan agar air cepat surut.
” Harga cabai di tingkat pedagang antara 38-40 ribu rupiah perkilogram. Harapannya harga bisa stabil diangka itu, syukur bisa naik, sehingga petani bisa lumayan untungnya,” katanya.
Selain cabai, Asroh juga menanami lahannya dengan terong dengan sistem tumpang sari dengan tanaman cabainya. Dengan harapan setelah cabai tidak berproduksi lagi terong nya bisa panen lagi.
” Lagi ikhtiar agar umur cabai bisa lama, dan kuat , sehingga produksi cabai banyak,” pungkasnya. (Sap’$)
Sobat Inspirasi, naiknya harga cabai khususnya cabai rawit merah ” cabai setan ” di pasaran, membuat para pedagang bibit meraup keuntungan yang lumayan besar. Para petani banyak yang beralih dari tanaman padi mencoba peruntungan menanam cabai.
Imam salah satu pedagang bibit mengatakan penjualan bibit akhir-akhir ini mengalami peningkatan yang signifikan. Sehari dirinya bisa menjual dari 20 sampai 40 baki, setiap bakinya dijual Rp 70 ribu. Satu bakinya ada 360 buah bibit.
Penjualan dilakukan dari pasar ke pasar, sekitar wilayah kecamatan Karangmoncol, Karanganyar dan Rembang. Kadang para petani juga datang membeli bibit ke tempat pembibitan, yang berlokasi di jalan raya Bobotsari-Rembang. Tepatnya di Majingklak, desa Tamansari.
Selain dijual perbaki, Imam juga melayani penjualan bibit persatuan dengan harga seribu dapat 3 bibit. Bibit didatangkan dari Kabupaten Magelang yang masih dalam bentuk tunas kecil, sekitar umur 1-2 minggu. Kemudian bibit dipelihara dalam green house, hingga umur 1-3 bulan baru di jual.
Imam sedang melakukan penyiraman pada bibit cabai
Setiap sore bibit dilakukan penyiraman agar bibit selalu sehat dan tidak mati. Sedangkan untuk pemupukan dan pemberantasan hama dilakukan setengah bulan sekali.
Pemupukan dilakukan dengan pupuk cair, yakni pupuk organik yang dicairkan. Pemupukan bertujuan agar daun tetap hijau dan batang cabai tidak lembek, keras sehingga ditanam kemungkinan hidupnya lebih tinggi.
Sedangkan penyemprotan dilakukan untuk memberantas hama cabai seperti ulat daun, daun keriting, daun bule, dan hama sejenisnya. Kemudian juga penyemprotan dilakukan untuk upaya preventif mencegah hama.
Selain menjual berbagai bibit cabai seperti cabai merah, cabai keriting, cengis merah, cengis putih, cabai hijau besar/merah, Imam Juga menjual bibit terong, tomat sert bibit pertanian lainnya. (Sap’$)
Lebih Jelasnya bisa ditonton di Chenel YouTube diatas
Sobat Inspirasi, ditengah pandemi ini bagaimana bisa memberdayakan masyarakat khususnya petani agar eksis salah satunya adalah dengan melakukan budidaya holtikultura. Tanaman holtikultura, seperti cabai, tomat menjadi tanaman yang menjanjikan keuntungan yang berlipat-lipat.
Budidaya ini digawangi oleh Iwan Supriyanto yang juga merupakan perangkat desa Grantung, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga yang menyulap lahan bengkoknya dulunya ditanami padi dengan hasil yang tidak maksimal, sekarang diganti dengan menanam tanaman hortikultura, seperti cabai, mentimun, tomat dan buah lemon.
Ada kurang lebih 1 hektar lahan yang sedang ditanami, untuk cabai sekitar 4.000 pohon, mentimun 2.500 pohon, cabai 2.000 pohon dan buah lemon 100 pohon. Iwan berani membuka peluang usaha dikarenakan pada saat tanam mentimun tahun lalu panennya cukup berhasil, yakni bisa mencapai 3,5 ton, yang mana jika di tanami padi hanya 3,5 kuintal.
” Kami bersama teman-teman petani mulai dari Desember tahun lalu sudah melakukan proses pengolahan tanah dan pembibitan yang dilakukan secara mandiri, ” katanya, Sabtu (13/3/2021)
Proses pengolahan lahan ditanah basah kata Iwan lebih susah dibandingkan dengan ditanah kering. 1 banding 3 untuk membuat bendengan ditanah basah. Untuk pengolahan dilakukan dengan penyemaian pupuk organik dan kapur dolomit secara merata, agar tanah menjadi gembur, kemudian ditutup dengan mulsa plastik, agar gulma tidak ada serta kegembiraan tanah tetap terjaga.
Cabai, komoditas hortikultura yang menjanjikan
” Sistem tanam dengan mulsa ini bisa bertahan sampai 2 tahun, sehingga tahun ke dua, ketiga dan ke empat tidak terlalu banyak memakan biaya dalam pengolahan lahan”, tambahnya.
Untuk proses pembibitan juga menggunakan rak-rak dan nampan-nampan sebagai tempat pembibitan. Dan setiap harinya dilakukan perawatan baik penyiraman maupun pemberantasan hama dan melihat perkembangan bibit.
Setelah cukup umur bibit ditanam di bedengan yang sebelumnya mulsa sudah di bolongi dengan jarak lubang kurang lebih 30 cm x 60 cm. Agar pohon tidak loyo kemudian dilakukan perambatan dengan bambu yang dimodifikasi dengan tali rafia.
Bambu dipotong kurang lebih 1,5 meter dan di belah sekita dua jari. Bambu di tancapkan di sebelah pohon, dengan jarak antar bambu kurang lebih satu meter.
Bambu berfungsi sebagai pegangan, kemudian tali rafianya dibentangkan antar bambu, dengan ketinggian 20 cm dari permukaan mulsa. Rafia yang terbentang antara bambu untuk mengikat pohon agar tanaman tetap tegak dan tidak roboh jika terkena air hujan atau angin.
Umur tanaman kata Iwan sampai hari ini sudah 48 hari. Pemupukan sudah dilakukan sebanyak 3 kali dengan sistem pupuk cair, yakni dengan menggunakan NPK, pupuk organik dicampur dengan air. Dengan perbandingan 3 kg NPK, dicampur 2 liter pupuk organik dan 300 liter air, kemudian diaduk hingga rata.
Petani sedang melakukan pemupukan dengan pupuk cair
Setelah rata pupuk cair ini dikocorkan di tanaman satu persatu dengan menggunakan gayung. Untuk waktu pemupukan 1 hektar lahan membutuhkan 2-3 hari dengan tenaga kerja sebanyak 4-5 orang.
Untuk menanam tanaman hortikultura seluas 1 hektar dibutuhkan modal sebanyak 50 juta rupiah. Dengan harapan setelah panen bisa kembali modalnya yakni disaat musim puasa depan.
Dengan hitungan hasil dari tanam cabai, dari 4.000 pohon, setiap pohon menghasilkan 0,8 kg dengan perkilogram seharga 45 ribu saja sudah ada untungnya.
“Saya berharap, bisa panen melimpah dan harganya bisa stabil. Sehingga bisa mensejahterakan para petani,” pungkasnya. (Sap’$)
Sobat Inspirasi, cabai merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai jual tinggi, satu kilogram cabai bisa mencapai 60-100 ribu rupiah per kilogram nya. Cabai walaupun pedas banyak dicari masyarakat, ibarat orang makan tanpa pedas belum nikmat rasanya.
Cabai biasanya digunakan untuk memasak juga bisa digunakan untuk membuat aneka sambal yang mantap nikmatnya. Kadang juga dimakan tanpa dimasak dalam bahasa jawanya “nyigit” biasaya untuk teman makan sejenis goreng-gorengan seperti mendoan, bakwan dan tahu isi.
Menanam cabai gampang-gampang susah, karena perlu ekstra perawatan, seperti jangan terlalu banyak air, apalagi musim kemarau sangat susah untuk memanam cabai, sehingga perlu di buatkan bedangan yang ditutup plastik atau jika hanya untuk rumahan bisa menggunakan polibag.
Kemudian tanaman cabai juga mudah rontok, daunnya cepat menguning, lama-lama tanaman cepat mati. Kemudian buahnya pun kadang tidak lebat, daunnya juga kadang keriting, dan tanamannya kurang subur.
Tanaman Cabai
Lantas solusinya bagaimana?
Dilihat dari laman YouTube Taman Inspirasi yang di-posting 10 bulan yang lalu (8/3/2021) ternyata garam dapur dan penyedap makanan (Micin/MSG) bisa digunakan sebagai bahan pupuk guna menyuburkan tanaman cabai.
Garam yang dalam rumus kimianya NaCl (Natrium klorida) mempunyai manfaat guna menyuburkan tanah. Yakni menarik unsur hara yang diperlukan oleh tanaman baik secara makro maupun mikronutrien.
Sodium (Na+) dan Klor (Cl-) adalah kandungan dari garam yang merupakan unsur mikro yang dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. NaCl juga berguna untuk membantu menyimpan air saat musim kemarau.
Sehingga menjaga bunga tidak cepat rontok dan memperkuat daya tahan tanaman terhadap penyakit. NaCl juga berfungsi mencegah penyakit yang ditimbulkan dari virus, bakteri, jamur dan mikroorganisme lainnya.
Sedangkan micin mempunyai manfaat menyuburkan tanaman, berdaun lebat dan kelihatan segar. Hal tersebut dikarenakan adanya kandungan C, O, H, dan Na yang ada dalam micin.
Untuk membuatnya larutkan 3 sendok garam dan 3 sendok micin kadalam air. Kalau bisa menggunakan air kolam karena banyak mengandung pupuk cair. Setelah dilarutkan kemudian siramkan ke dalam tanaman secukupnya.