Green Sabin, Ekowisata Pertama di Jateng

Sobat Inspirasi, Baru berumur 1,5 bulan, Green Sabin telah menjadi daya tarik wisata di Purbalingga dan sekitarnya, kurang lebih setiap harinya 500 orang pengunjung datang ke Green Sabin dan jika liburan bisa mencapai 1.000 orang. Green Sabin menjadi Ekowisata pertama di Jawa Tengah, yang menampilkan ruang terbuka hijau berupa paronama alam pesawahan.

Supervisior Divisi Promosi dan Pemasaran Green Sabin mengatakan Green Sabin sudah berjalan sekitar 1,5 tepatnya dibuka tanggal 7 Juli 2020 dengan menerapkan simulasi protokol kesehatan. Green Sabin merupakan wahana wisata ruang terbuka sehingga tingkat keramaian tidak terfokus di satu tempat saja.

Green Sabin mulai dibuka mulai pukul 9 pagi sampai jam 9 malam, dengan tarif tiket sebesar Rp 20 ribu dan sudah mendapatkan satu buah softdrink, dengan cara menukar tiketnya ke bagian informasi. Semua tempat di Green Sabin merupakan spot selfie yang menarik, yang semuanya patut dikunjungi.

Baca Juga :

Gule Melung, Lezatnya Ga’ Ketulung

Curung Matras, Wisata Baru Desa Kramat

Green Sabin juga menyediakan menu makanan dengan harga yang bervariasi antar Rp 10 ribu – Rp 50 ribu dengan berbagai menu makanan. Baik makanan tradisional maupun makanan kekinian untuk para anak-anak. Untuk kalangan anak muda bisa mencoba di cafe botani yang menyediakan menu kopi baik jenis arabika mupun robusta dan menu cemilan khas anak muda.

Jika ingin berkunjung kesana tempatnya berada di Desa Cipaku Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, dan di Google Maps sudah ada. Jika suka bisa klik di Chenel Yautube kami di Chenel Insirasi Ku.

Cerita Pelukis Tato Menjadi Realist, Ngambar Bareng

Sobat Inspirasi, Pengalaman seseorang bisa menjadi inspirasi, sekaligus guru bagi yang mendengar dan melihat cerita itu. Seperti cerita Udin seorang pelukis tato yang “insaf” menjadi pelukis realist. Dulu kata Udin sebelum menjadi pelukis realist dirinya adalah pelukis tato, yang mana kehlian ini dipelajari secara otodidak.

Mula-mula Udin hanya diminta temennya untuk membuat tato yang dibayar secara gratis, alias tidak dibayar he…he… Kemudian setelah sekian lama menggeluti dunai pertatoan, Udin mulai beralih di media relief dan sekarang menjadi mata pencahariaan utamanya. Dari dunia relief kemudian Udin mulai mengasah imajinaisnya di dunia kanvas, dan melukis sudah digelutinya kurang lebih satu tahunan.

Sharing di komunitas Blarak (Purbalingga Bergerak) menjadi kepiawaian melukis semakin terasah, sampai saat ini lukisannya sudah banyak yang dimininati oleh masyarakat, salah satu lukisannya bisa terjual 2,5 juta rupiah dengan tema mendoan.

Karya-karya Mas Udin kebanyakan beraliran realis yakni menggambarkan sebuah kejadian-kejadian dalam kehidupan Manusia secara kenyataan, tanpa menambahkan Opini atau Interpretasi tertentu. Artinya bentuk dari Seni ini berfungsi untuk memperlihatkan suatu kebenaran tanpa menyembunyikan kebohongan, pada sebuah kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia.

Berbeda lagi dengan Mas Agus dari Seniman Umbaran, beliau memang asli dari pelukis, karena sejak SMA sudah memiliki kecintaan terhadap lukis. Tamat SMA kemudian melanjutkan Fakultas Seni Rupa IKIP Jogja tahun 1990. Lulus sarjana tahun 1996 kemudian bekerja di bidang periklanan di daerah Jogjakarta, namun kecintaan terhadap lukis tetap terus berkarya.

Semenjak pulang kampung ke Purbalingga lagi, Agus bergabung dengan seniman Umbaran dan terus berkarya di dunia lukis. Agus berpesan kepada pegiat seni khususnya yang masih muda-muda untuk terus berkarya, jangan putus asa. Seorang seniman besar karena dihargai karena karyanya, terus berkarya dan berkarya, Insyaallah suatu saat jika karyanya saat ini belum laku suatu saat pasti ada hasilnya.

Dalam OTS (On The Spot) kali ini, Agus lebih menggambarkan vektor lukisan Jembatan Wadas Gantung dengan pewarnaan monocrome, yakni satu warna hanya memainkan warna gelap dan terang untuk memunculkan suatu objek. Untuk menyelesaikan gambar dengan teknik monocrome menurut Agus bisa sampai 1-2 hari, tapi itupun juga tergantung dari mood yang ada.  

Ngambar Bareng, Bersama PSK Purbalingga

Sobat Inspirasi, Kegiatan Ngambar Bareng yang digagas oleh PSK (Pekerja Seni Komersiil) Purbalingga kali ini bertempat di Jembatan Wadas Gantung Makam, Kecamatan Rembang. Kegiatan tersebut diikuti oleh para pegiat seni khususnya seni rupa dari berbagai komunitas antara lain Sanggar Manah Hati Rajawana, Seniman Umbaran Purbalingga dan Komuitas Blarak (Purbalingga Bergerak), Sabtu (9/8).

Ketua Seniman Umbaran, Mas Yus mengatakan kegiatan Nggambar Bareng adalah kegiatan yang rutin dilaksakana setiap bulannya, namun karena adanya pandemi Covid-19 ini kegiatan baru dilaksanakan lagi pada bulan Agustus kali ini. Ada sekitar 20 orang pegiat seni yang mengikuti kegiatan tersebut, dimana kegiatan nggambar bareng bertemakan pemandangan alam.

Selain kegiatan On The Spot (OTS) yang tiap bulan dilaksanakan juga ada kegiatan pameran lukisan yang dilaksnakan minimal 1 tahun sekali. Pemerintah juga memberikan ruang untuk para pegiat seni dengan memberikan dana, kalau tahun lalu 45 juta dan rencananya tahun sama besarannya. Dana akan digunakan untuk kegiatan pameran yang rencananya akan silakukan pada awal bulan Oktober.

Masyarakat dipersilahkan hadir saat pameran pada tanggal 1-5 Otober 2020 di Pedopo Wakil Bupati Purbalingga, untuk temanya “Bangkit disaat Covid”. Dan jika ada temen-temen pegiat seni rupa ikut pameran bisa menghubungi Mas Yus di Nomor Telepon 0813-9109-9933. Dan tentunya pameran ini gratis untuk umum.

Terkait regenerasi Mas Yus mengatakan membuka lebar-lebar bagi para pemula untuk bisa sharing pengetahuan terkait seputar dunia melukis. Harapannya walaupun ditengah pandemi Covid-19 untuk terus berkarya, jangan mudah putus asa sehingga karya bisa mempunyai makna di para penggemar seni.

Sedangkan ketua Sanggar Manah Hati, Rajawana, Suratno mengatakan kegiatan ini bertujuan mempererat silaturahmi antar anggota komunitas. Tempat disediakan di Jembatan Wadas Gantung yang kalau dilihat memang asri karena dikelilingi bukit yang hijau dan suara gemercik air sehingga jauh suara hingga-bingar kendaraan.

Dengan pemandangan nan asri ini diharapkan para temen-temen pelukis bisa mencurahkan rasa kedalam kanvasnya

Mila T Pamungkas, salah satu pelukis pemula mengatakan melukis merupakan hobi sejak kecil. Masih sedikitnya ruang pameran di Purbalingga dibanding dengan kota-kota lain, diharapkan para generasi muda bisa mengikuti momen-momen ini. Pelukis muda harus punya daya kretivitas yang lebih agar karyanya bisa di lirik orang.

Rudi Kopi Holic, Petani Kopi Milenial

Sobat Inspirasi, Rudi atau lebih dikenal dengan Rudi Kopi Holic, merupakan seorang pemuda yang mendarma baktikan hidupnya untuk bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani, khusunya petani kopi. Sebagaimana diketahui bersama, tingkat kesejehteraan petani selama ini belum sesuai dengan ekspektasi yang diinginkan.

Mereka masih menggunakan pola lama dalam mengelola baik pra produksi, pasca produksi dan pemasarannya. Contohnya adalah pemetikan secara jotos (ijo atos) yakni memetik kopi walapun belum merah (masih hijua) yang penting sudah keras tetap dipetik. Dengan sistem petik ini berakibat menurunkan kualitas kopi.

Yang selanjutnya menggunakan pola tanamklasik, yakni pohon kopi dibiarkan menjulang tinggi sehingga dalam pemetikan mengalami kesulitan. Kemudian didalam penjemuran tidak menggunakan tatakan, digelar begitu saja diatas tanah sehingga bau tanah melekat pada kopi.

Mainset inilah yang mau dirubah secara perlahan oleh Rudi agar tingkat kesejahteraan petani kopi meningkat. Mulai dari peremajaan tanam dengan sistem sambung batang dengan kopi yang berkualitas, pemupukan yang berimbang dengan pupuk kandang, pencegahan hama khususnya penggerek pucuk batang.

Kemudian pengolahan kopi yang berkualitas, yakni dimulai dengan petik merah, penyortiran biji kopi, pola penjemuran dengan sistem natural, slow natural, wine. 3 pola penjemuran ini bisa menghasilkan cita rasa kopi yang berbeda.

Setelah itu pacacking dan sistem pemasaran, Rudi setiap malam harus keluar masuk kafe (kedai kopi) untuk cuping. Yang namannya jualan tidak mesti diborong, namun rata-rata semalam bisa menjual 3-5 kg kopi jawa berbagai varian, baik yang natural, slow natural maupun wine.

Rudi dengan kopi yang sama bisa menjual kopi jawa satu kilonya bisa 50 ribu rupiah, namun petani hanya bisa menjual 12 ribu saja itu pun sudah mentok. Pengelolaan kopi yang berkualitas yang menimbulkan selisih harga mancapai 5 kali lipat, kalau ini dilakukan oleh semua petani sungguh sangat menguntungkan.

Ilmu yang dipelajari Rudi semuanya dari otodidak, yakni melihat youtube dan masuk dalam grup petani kopi seluruh Indonesia. Setiap malam tak pernah absen untuk melihat tutorial dari para mentornya, dikarenakan siang hari harus bekerja di kebunnya. Kalau dulu setelah ke kebun badannya pegel-pegel, sekarang jika tidak ke kebun sehari saja tubuh pegel-pegel.

Kebunnya yang satu lagi memang agak jauh dari rumah, dengan posisi di bukit dan belum bisa dilalui oleh kendaraan, sehingga membutuhkan ekstra tenaga yang kuat. Rudi bercerita untuk melakukan pemupukan pohon kopinya harus memanggul satu karung kompos dengan waktu tempuh selam 30 menitan dari rumah. “Sungguh melelahkan, namun karena dilakukan dengan senang kita tetap enjoy saja” katanya.

Selain fasih dalam pengelolaan kopi walaupun bukan sarjana pertanian, hanya lulusan SMA saja , Rudi juga merupakan seorang barista, walaupun sampai saat ini belum mengantongi sertifikat barista. Dianya bisa mengetahui bagaimana caranya agar cita rasa khas kopi itu muncul.

Secara umum citarasa utama pada kopi menurut Rudi adalah fragrance (bau kopi bubuk kering), aroma (bau sedap), flavor (khas bau kopi), body (kekentalan), acidity (rasa asam enak), bitterness (rasa pahit), dan sweetness (rasa manis). Barista yang profesional, yakni yang bisa memunculkan karakter kopi yang ada, sedangkan petani kopi yang profesional adalah bagaimana menjadikan kopi itu berkualitas yang mempunyai karakter.

Rudi juga membuka lebar-lebar terkait sharing ilmu perkopian atau terkait pemasaran (pembelian) bisa datang langsung ke kediamannya di Desa Wanogara Wetan Kecamatan Rembang atau bisa menghubungi lewat ponselnya di 0858-7748-5006.

Sapi Qurban Bantuan Presiden akan diserahkan oleh Bupati Purbalingga

Sobat Inspirasi, Sapi Qurban Bantuan Presiden Joko Widodo rencananya akan diserahkan oleh Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi. Pemberian bantuan akan diberikan setelah kegiatan sholat Iedul Adha yang bertempat di halaman Desa Sirau Kecamatan Karangmoncol.

Sholat Idul Adha juga akan dihadiri oleh Forkompimda Kabupaten Purbalingga beserta para asisten dan kepala badan, dinas dan kantor. Juga dihadiri oleh Kepala Biro Kesra Setda Provinis Jawa Tengah yang mewakili Gubernur Jawa Tengah untuk menyerahkan bantuan sapi Qurban kepada Bupati Purbalingga.

Kepala Desa Sirau, Dirun mengatakan dirinya merasa terimakasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah memberikan sapi Qurban kepada warganya. Sapi Qurban yang berbobot kurang lebih 1 ton nantinya akan dibagikan kepada masyarakat Desa Sirau.

” Selain penyerahan hewan Qurban, pemprov Jateng juga memberikan paket sembako kepada masyarakat sebayak 200 paket. Kemudian bantuan hibah dari Pemkab Purbalingga ke masjid dan  mushola di Desa Sirau. Setelah kegiatan usai juga akan dilaksanakan pemberian secara simbolis,”katanya

Sedangkan Camat Kecamatan Karangmoncol Juli Atmadi mengatakan warganya cukup beruntung mendapatkan sapi kurban dari Jokowi dan Keluarga, karena di Jawa Tengah hanya ada tiga tempat yang mendapatkan sapi kurban dari Presiden. Yakni selain di Purbalingga, dua ekor sapi diberikan kepada warga Surakarta.

” Beberapa persiapan telah kami lakukan bersama dengan pemerintah desa, juga dengan pemerintah kabupaten terkait pelaksanaan kegiatan besok. Dan malam ini rencananya tamu dari Propinsi dan Kabupaten juga akan menginap di desa Sirau,” katanya saat pengecekan akhir, Kamis (30/7)

Untuk sapi bantuan presiden tadi pagi sudah sampai di Desa Sirau dengan selamat. Untuk penyembelihan nantinya akan menggunakan protokol penyembelihan rumah pemotongan hewan. “Dari tim kesehatan hewan juga sudah melakukan pengecekan hewan, dan nantinya akan melakukan pengawasan terhadap daging qurban, terkait keberadaan pengawasan cacing pita” pungkasnya. (**)

Sandal Mantan

Sobat Inspirasi, Jika anda sering kepooin mantan, di Desa Rajawana Kecamatan Karangmoncol ada sebuah usaha namanya “Sandal Mantan”. Ide ini berasal dari mantan Kepala Desa Rajawana, Mursi Abdullah, yang mana usaha ini baru 1 minggu berjalan, namun pemasarannya sudah mulai ramai, dari mulut ke mulut sampai melakukan penjualan online baik di Facebook maupun lewat pesen messenger Whatsapp.

Sandal mantan ini bisa dipesan, dengan berbagai gambar karakter, seperti gambar dora emon, hello kitty, gambar rokok, loggo monster energi, nama-nama club sepak bola, seperti juventus, AC Milan. Yang menarik sandal mantan ini juga bisa ditempelkan foto, baik foto sendiri, kleuarga atau foto mantan, he….he…

Usaha ini menurut Mursi berawal semenjak purna tugas dari Kepala Desa Rajawana, beliau ingin melanjutkan usaha dagangnya namun karena merasa umur sudah tua dan tenaga yang kurang mengimbangi maka ide pembuatan sandal jepit. Ide ini bermula dari melihat video di Youtube dari mulai proses pembuatan sampai pembelian alat-alat.

Untuk bahan baku seperti Spons polos, Spons Karakter, tali jepit dan lem karet, Mursi membeli dari seorang pedagang di Tasikmalaya, Jawa Barat. Sedangkan untuk alat pembolong sandal jepit dibeli dari toko online sebesar Rp 1,5 juta.

Karena masih kekurangan alat khusunya untuk alat pemotong press, Mursi masih menggunakan alat cutter di dibikin dengan tatakan kayu balok yang dibikin sedemikian rupa sebagai alat potong, sedangkan untuk merapikan Mursi menggunakan amplas yang dipadukan dengan alat pembolong sandal.

Dengan alat yang masih manual, Mursi dalam sehari bisa membuat sandal jepit karakter sebanyak 2 kodi yakni 40 buah sandal. Jumlah produksi memang dirasa masih kurang, sehingga kedepan perlu mengembangkan usahanya yakni dengan membeli alat potong press sehingga jumlah produksi bisa meningkat.

Harga per-pcs sandal jepit dihargai sekitar 5 ribu-7,5 ribu rupiah, hal tersebut tergantung dari ukurannya, yakni dari anak-anak sampai orang dewasa. Kalau dibeli dengan partai besar, maka akan diberikan potongan harga, harga tersebut belum termasuk ongkos kirim (ongkir). Sukses selalu Sandal Mantan, semoga lancar rejekinya….

Punahnya Tenun Gendong

Sobat Inspirasi, Desa Tajug Kecamatan Karangmoncol di tahun 80-90 an terkenal dengan kerajinan tenun gendong, namun dengan beralihnya tenaga manusia ke tenaga mesin, tenun Gendong mulai menyurut dan di tahun 2020 ini kerajinan tenun gendong hampir punah. Sekarang tinggal ada 6 pengrajin yang masih setia menggeluti kerajinan ini walaupun secara ekonomi tidak bisa untuk menopang hidup.

Satu lembar tenun gendong hanya dihargai 70-80 ribu rupiah, yang mana dalam produksi saja sudah memakan waktu hampir 7 hari untuk menyelesaikan satu lembar tenun gendong. Dimulai dari merapikan benang “mbakali”, kemudian meyusun alat tenun, menata benang di alat tenun kemudian proses penunan dibutuhkan ketelatenan yang ekstra.

Proses yang memakan waktu dan penuh kecermatan inilah akhirnya para anak muda tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. Hasil yang tidak sebanding dengan jerih payah yang dilakukan juga menjadi faktor kenapa tenun gendong tidak mengalami kenaikan melah terus meengalami kemunduran.

Kemudian faktor lainnya adalah bahan baku, yakni benang yang sulit didapatkan. Salah satu perajin Ibu Kartono mengatakan sejak pedagang benang di desanya meninggal sekarang tidak ada lagi yang menjual. Walaupun secata ekonomi tidak menguntungkan Ibu Kartono  masih mau mengerjakan pembuatan tenun gendong, hal ini dilakukan hanya sekedar mengisi waktunya agar tidak kelihatan menganggur.

Sedangkan pemerintah desa tajug di Tahun 2020 ini telah mengalokasikan anggaran sebesar 18 juta rupiah untuk kegiatan pelatihan pemberdayaan masyarakat. Pelatihan ini diharapkan bisa meningkatkan minat generasi mudak di kerajinan tenun gendong. Generasi muda bisa berkreasi kerajinan tenun gendong ini untuk pembuatan handycraff, seperti sleyer, topi juga bisa digunakan untuk pemanis kebaya.

Kemudian juga dari segi pemasaran diharapkan sudah menggunakan market online, sehingga seluruh dunia bisa melihat produk-produk yang ditawarkan. Market online bisa meningkatkan daya tawar sebuah produk sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis. Peningkatan nilia ekonomis akan berdampak pada naiknya pendapatan.  Inovasi-inovasi inilah yang dibutuhkan agar tenun gendong tidak punah.

Sebagai pemerintah juga bisa menjembatani antara lain penyediaan stok bahan baku agar tidak kehabisan.  Juga vasilitator pemasaran baik itu mendatangkan investor (pembeli) maupun regulasi dalam bentuk kebijakan yang berpihak pada kerajinan khusunya tenun gendong, misal mewajibkan para karyawannnya untuk membeli slayer dari tenun gendong, topi atau  kerajinan tenun gendong dalam bentuk lain. Semoga dengan pemerintah, swasta dan steakholder lainnya bergerak, insyallah kerajinan tenun gendong dimana merupakan warisan budaya lokal bisa diangkat dari kepunahan. Amin 3x YRA

RSS
Follow by Email
WhatsApp