SobatInspirasi– Sebuah rumah makan di Purbalingga mengenalkan atau mempromosikan produknya dengan cara yang unik yaitu mengadakan lomba mewarnai bagi anak-anak. Cara itu dianggap akan efektif dengan metode “gethok tular” atau dari mulut ke mulut di antara peserta beserta pendampingnya.
Ditemui di lokasi lomba, Angga Prasetiawan, selaku panitia lomba yang juga ketua Waju Njegu Production, Ahad (12/2/2023), mengatakan bahwa selain bertujuan untuk mempromosikan rumah makan, lomba mewarnai yang diikuti oleh 42 anak itu juga bertujuan untuk mengenalkan kehidupan desa kepada anak atau peserta.
“Kami juga ingin mengenalkan kehidupan pedesaan dengan segala dinamikanya,” katanya.
Memang, kegiatan tersebut mengambil tema “Kehidupan Pedesaan” dengan kesederhanaannya, suasana asrinya dan segala yang membentuk Desa. Menumbuhkan rasa cinta Desa kepada para peserta menjadi hal positif yang diharapkan di masa depan anak-anak akan timbul rasa ingin membangun desanya dengan segala upayanya.
“Desaku tercinta. Memang untuk menumbuhkan rasa cinta kepada peserta. Mereka akan tahu bagaimana desa dengan kesederhanaannya dan lain sebagainya,” ujarnya.
Ke depan, jika kegiatan tersebut dirasa efektif dalam segala sisi, pihaknya akan terus mengadakan kegiatan semacam itu. “Antusiasme dari peserta cukup tinggi sehingga kalau setelah ini kami evaluasi ditemukan banyak manfaat, maka kegiatan semacam ini akan kami adakan secara rutin,” pungkasnya. (LL/Kominfo).
SobatInspirasi – Berwisata air naik perahu menyusuri sungai tentu mempunyai sensasi yang berbeda bila dibandingkan dengan menaikinya di waduk atau danau buatan. Hempasan riak-riak gelombang kecil arus sungai ditambah dengan hembusan angin terasa menaikan adrenalin penumpang.
Jika hari libur anda belum mempunyai agenda untuk berwisata barangkali bisa mencoba wisata susur sungai di Desa Wisata Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon. Wisata ini bisa menjadi alternatif baru bagi kamu yang ingin melepas penat, sambil berperahu menikmati indahnya panorama di sekelilingnya.
Lokasi Desa Wisata Kedungbenda ini cukup mudah di jangkau, terletak di samping jembatan linggamas dan hanya memerlukan waktu kurang lebih 30 menit dari pusat kota Purbalingga.
Ketua Pokdarwis Pesona Linggamas Desa Kedungbenda, Sukirman mengatakan disana anda akan diajak menyusuri Sungai Klawing menggunakan perahu, dengan waktu tempuh kuranglebih 20 menit dan jarak tempuh sepanjang 400 meter pulang pergi.
“Wisatawan akan diajak menyusuri sungai klawing dan kekampung nelayan. Dikampung nelayan kita bisa melihat masyarakat yang mayoritasnya nelayan, disana nanti kita dikenalkan cara membuat jala, cara menangkap ikan dan cara mendayung. Wisatawan juga dapat mengunjungi congot, yaitu pertemuan arus sungai Klawing dan sungai Serayu” katanya.
Untuk menikmati wisata susur sungai terbilang murah meriah, pasalnya harga tiket masuk yang dipatok hanya sebesar Rp5.000 saja per orang dan akan dikenai biaya tambahan sebesar Rp5.000 per orang untuk naik perahu.
Kamu Tidak perlu khawatir dengan keamanan perahu saat susur sungai, setiap perahu akan didampingi oleh petugas dan juga disediakan baju pelampung untuk berjaga-jaga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat berada di tengah perjalanan susur sungai ini.
Selepas menikmati perjalanan kita bisa beristirahat sambil menikmati kopi mendoan hangat ditemani secangkir kopi atau teh panas sambil menikmati semilir angin dipinggiran sungai klawing.
“Jika pengunjung merasa lapar kami juga menyediakan kuliner ikan senggaringan khas sungai klawing. Ikan senggaringan kalau digoreng rasanya enak dan gurih, bisa dinikmati bersama pecel dan ketupat landan,” katanya.
Indahnya perairan dijamin mampu mengobati rasa stress dan penat setelah sibuk beraktivitas selama satu pekan penuh. (DHS/Kominfo)
SobatInspirasi, Untuk menggaet pengunjung agar lebih banyak lagi Objek Wisata D’Las Serang, Purbalingga mulai mengembangkan wisata Tour Jeep. Dalam wisata ini pengunjung akan di manjakan dengan panorama yang menarik dari view Gunung Slamet dan pegunungan sekitarnya.
Momo, salah satu pengampu wisata Tour Jeep mengatakan program ini sudah berlangsung satu tahun yang dimulai sejak Februari Tahun lalu (2022). Pengembangan wisata ini mengunakan sistem sewa, yakni komunitas jeep menyewa tempat di Lokasi D’Las seharga Rp. 1 juta rupiah selama 1 tahun.
“ Harga paket dalam sekali trip terdapat dua jenis yaitu short trip seharga Rp.350 ribu dan long trip, dikenai biaya Rp.400.000,00 sudah termasuk free tiket D’Las.Untuk short trip lebih banyak di jalan-jalan ekstrim, sedangkan untuk yang Long lebih banyak melalui jalan aspal sampai Gardu Pandang, Gunung Malang,” katanya, Sabtu (9//2/2023).
Momo mengatakan untuk satu Jeep maksimal 5 penumpang sudah termasuk drive dan setiap harinya untuk armada yang ready sebanyak 10 unit jeep. Dan seluruhnya dikelola oleh warga lokal, dan ini diharapkan dapat meningkatkan roda ekonomi, khususnya warga Serang.
“ Setiap harinya ada 1-2 trip, dan yang paling ramai di hari libur, dan kami juga menerima booxing-an. Seandainya booxing-an melebihi batas dari armadanya kami bisa menghubungi komunitas jeep yang ada di Purbalingga untuk ikut ngetrip bersama kami,” ujarnya. (dy)
SobatInspirasi, Kampung wisata tematik Sikadut (Katamas) Desa Karangtalun Kecamatan Bobotsari diresmikan oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam hal ini oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Purbalingga, Kamis (22/12/2022). Hadir pada kegiatan itu juga Forkompimcam Bobotsari, pegiat wisata dan tokoh masyarakat desa tersebut.
Kadinporapar Ir. Prayitno, M.Si saat meresmikan Kampung Wisata Tematik Sikadut mengatakan semua desa wisata harus menerapkan sapta pesona yakni aman, tertib, sejuk, indah, ramah dan kenangan. Kemudian juga menerapkan prinsip 6 A antara lain Attraction (Atraksi), Accessibilities (Akses), Amenities (fasilitas pendukung), Accommodation (Penginapan), Activities (aktivitas), Ancillary services (Layanan Pendukung).
” Para pelaku pariwisata terutamanya teman teman Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) harus mampu menerapkan prinsip sapta pesona agar para pengunjung wisatawan tidak kapok untuk datang kembali ke Katamas ini, ” ujarnya. Prayitno juga berharap adanya wisata tematik ini diharapkan geliat wisata di Purbalingga semakin kencang. Sehingga bisa menarik para pengunjung yang berdampak pada peningkatan roda ekonomi masyarakat.
Sedangkan kepala desa Karangtalun, Heru Catur Wibowo mengatakan Katamas merupakan desa wisata yang menyuguhkan konsep wisata yang terfokus pada edukasi. Heru berharap pengembangan desa wisata tematik bisa berdampak pada peningkatan roda perekonomian masyarakat desanya.
” Katamas mempunyai beberapa wahana edukasi antara lain wahana bermain anak, edukasi perikanan, edukasi pertanian buah buahan dan kuliner. Katamas ini memiliki luasan area 4 hektar yang nanti bisa dikembangkan lagi, ” pungkasnya. (dy)
Sobat Inspirasi – Objek wisata The Samingah Wised Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari baru saja diresmikan sebagai wisata baru di Purbalingga. Pendiri The Samingah Wised, Masnaryo mengungkapkan The Samingah Wised merupakan wisata edukasi. Menurutnya, wisata ini didirikan guna menyempurnakan program belajar mengajar di sekolah.
“Dengan metode bergembira sambil belajar maka kehadiran The Samingah Wised ini akan menyempurnakan proses belajar mengajar,” ungkapnya. Dengan konsep tematik yang sesuai dengan pembelajaran di sekolah, The Samingah Wised menyiapkan 9 pos edukasi. Setiap posnya didampingi oleh satu orang guru dan asisten-asisten yang berpengalaman.
“Ada 9 pos permainan hampir seluruhnya terdapat muatan-muatan edukasi,” kata bapak yang akrab dipanggil Pak Guru ini.
Ia memaparkan, Pos pertama : Tangga 99 yang terdiri dari 99 anak tangga yang setiap tangganya memuat keterangan asmaul husna. Pos Kedua, Dome Museum Tani Indonesia, Pos Ketiga : Pertanian lahan basah atau sensasi menanam padi dengan segala teorinya. Pos Keempat : pertanian lahan kering,Pos Kelima : budidaya ikan; Pos Keenam : Bermain tangkap ikan liar di sungai; Pos Ketujuh : Paintball.
“Paint Ball atau perang-perangan ini sebagai media belajar sejarah, bagaimana perjuangan menghadapi penjajah,” kata Masnaryo.
Pos Kedelapan : wisata alam berupa mini tubing memanfaatkan aliran irigasi konstruksi peninggalan kolonial. Pos Kesembilan : berenang dengan fasilitas 3 kolam renang termasuk mendapat pendampingan cara berenang yang baik dari guru.
“Kami berusaha hi tec dimana setiap pos yang dijalani terdapat barcode yang bisa discan akan memberi informasi pengetahuan-pengetahuan yang terkait langsung dengan pos tersebut, sehingga murid tidak perlu mencatat di kertas,” katanya
Rest Area Madep Gunung
Selain The Samingah Wised didekatnya juga ada Rest Area yang dinamai ‘Madep Gunung’ di kompleks depan Kantor Balai Desa. Kepala Desa Limbasari, Halimah menjelaskan, pembangunan Rest Area ini juga berfungsi sebagai transit bagi wisatawan yang akan mengunjungi objek wisata alam yang lain di Limbasari.
“Desa Limbasari memiliki beberapa ikon wisata seperti Wisata Alam Patrawisa, Pertapaan/ Petilasan Tunggul Wulung, Wisata Air Arung Jeram/ River Tubing di aliran Sungai Tungtunggunung, Situs Purbakala produksi gelang batu, Air Terjun Uncang-uncang di Gunung Plana dan juga ada cerita rakyat makam Putri Ayu Limbasari dan Samingah Wised milik putera Desa Limbasari,” katanya.
Rest Area ini menyajikan tempat istirahat, berikut aneka produk UMKM lokal termasuk produk khas berupa Batik Limbasari, kopi, aneka kuliner nasi rempah dan olahan belut. Lokasinya strategis yang memanjakan mata dengan hamparan perbukitan dari Gunung Slamet hingga Bukit Plana.
” Rest area ini merupakan support dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Pemprov Jateng kepada pemerintah desa untuk pengembangan desa wisata di Jateng tahun 2021 sebesar Rp 500 juta,” pungkasnya.
Sobat Inspirasi, Rizki, siswa kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 3 Makam, Kecamatan Rembang berkerenyit menahan berat tandu yang membebani pundaknya. Namun, senyum tetap tersungging di bibirnya. Raut riang tampak benar di wajahnya.
Saat ada teriakan ‘Merdeka!!’, Ia pun membalas pekik yang sama dengan semangat membara. Saat pemandu berteriak ‘Panglima Besar Jenderal Soedirman’, Ia dan juga teman-temanya menjawab lantang ‘Idolaku!’.
“Cape ya, apalagi Jenderal Soedirman yang harus bergerilya melawan penjajah,” ujar anak yang bercita-cita ingin menjadi tentara itu. Rizki pun bertekad akan meneladani semangat ‘Sang Jenderal’ yang ternyata lahir tak jauh dari tempat tinggalnya.
Rizki adalah salah satu dari 15 siswa yang mengikuti kegiatan wisata edukasi ‘Rasa Soedirman’ yang berlangsung di Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Soedirman yang ada di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Purbalingga. Acara itu diselenggarakan oleh Bidang Pariwisata Dinporapar bekerjasama dengan Tourism Information Center (TIC), Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) dan pengelola MTL Jenderal Soerdirman.
“Hari ini sebuah sinergi berbagai pihak dilaksanakan untuk menggelorakan Purbalingga sebagai bumi tempat lahir Panglima Besar Jenderal Soedirman,” ujar Kepala Bidang Pariwisata Dinporapar Gunanto Eko Saputro yang juga turut menjadi pemandu, Selasa (15/03).
Sang Jenderal adalah pahlawan nasional kebanggaan Purbalingga sebab di kabupaten dengan sebutan ‘Bumi Perwira’ itulah Soedirman dilahirkan. “Oleh karena itu, kami membuat kemasan paket wisata sejarah berlatar kisah panglima TNI pertama di Indonesia itu, semua kegiatannya kami beri sentuhan ‘Rasa Soedirman’,” ujarnya.
Paket wisata sejarah ‘Rasa Soedirman’ itulah nantinya yang akan ‘dijual’ oleh pengelola MTL Soedirman yang saat ini dibawah naungan Perumda Owabong. “Hari ini kami membuat semacam pilot project yang menjadi standar wisata edukasi yang akan dilaksanakan di sini. Harapannya wisatawan yang datang akan menghayati perjuangan Jenderal Soedirman di tanah kelahirannya,” ujarnya.
Kegiatan yang dilaksanakan dimulai dari sesi perkenalan, ice breaking, dilanjutkan tour musium dan penjelasan mengenai koleksi dan diorama yang ada di museum. Setelah itu, ada penjelasan sejarah dan kiprah ‘Sang Jenderal’. Berikutnya ada ‘Games Rasa Soedirman’, diantaranya membuat Teh Tiyung, teh kesukaan Pak Dirman berupa teh tubruk, gula batu dan jeruk nipis yang diseduh air panas. Kemudian, main bola kaki khusus kaki kiri, sebab menurut cerita Pak Dirman jago main bola, seorang bek handal yang kuat di kaki kiri. Setelah itu, permainan ‘Usung Tandu’ untuk meneladani perjuangan beliau selama bergerilya melawan penjajahan Belanda.
Usai selesai semua kegiatan, rehat untuk menikmati sajian. Lagi-lagi spesial, kudapannya dodol / jenang dari Ciplukan, buah eksotis yang disukai Pak Dirman. Lalu, makanan utamanya paduan nasi jagung, urab dan iwak peyek, sajian tradisional yang konon juga disukai oleh Sang Jenderal.
Sementara itu, Ketua TIC Bambang Eddy Siswondo menyatakan pihaknya siap untuk menginformasikan dan memasarkan wisata sejarah tentang Jenderal Soedirman di tanah kelahirannya. “Wisata ‘Rasa Soedirman’ ini akan melengkapi paket-paket wisata di Purbalingga,” katanya.
Bambang optimis wisata di Purbalingga akan semakin diminati ke depannya. “Saat ini covid sudah melandai, semoga wisata segera menggeliat dan wisata sejarah Jenderal Soedirman ini bisa menjadi pilihan yang menarik,” ujarnya.
Abu Suratin, manajer MTL Soedirman pun menyatakan komitmenya untuk membumikan keteladanan Pak Dirman melalui wisata. “Kami berterimakasih dengan sinergitas ini dan semoga terus dilanjutkan,” ujarnya.
Sebagai informasi, Panglima Besar Jenderal Soedirman dilahirkan di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Purbalingga pada 24 Januari 1916. Beliau wafat pada 29 Januari 1950 setelah memimpin perang gerilya melawan Agresi Militer Belanda dalam kondisi sakit. Atas jasa dan perjuangannya, Jenderal Soedirman ditetapkan sebagai pahlawan nasional
SobatInspirasi, Selain terkenal dengan keindahan pasir putihnya pantai Manganti yang terletak di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah ternyata disana juga ada pabrik pengolahan ubur-ubur terbesar di Jawa Tengah. Tempat pengolahan ubur-ubur berada ujung barat pemberhentian kendaran, sekitar 7 menit perjalanan sudah dapat terlihat tenda-tenda pengolahan.
Untuk melihat proses pengolahan harus ijin dahulu kepada pekerja disana agar tidak menganggu dan tentunya harus sedia masker yang tebal dikarenakan baunya yang menyengat.
Setelah sedikit ngobrol bareng salah satu pekerja disana ternyata, pengolahan ubur-ubur tersebut sudah lama yakni sekkitar sudah 6 tahunan, namun tidak sepanjang tahun beroperasi hanya di bulan-bulan musim ubur-ubur panen, yakni dibulan Agustus sampai awal Maret.
Setiap harinya pabrik ini bisa mengolah rata-rata sekitar 1 ton setiap harinya. Ubur-ubur dibeli dari para nelayan sekitar Pantai Manganti yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia Belanda. Semakin banyak tangkapan nelayan semakin banyak juga pekerjaan para pekerja pabrik pengolahan yang didominasi oleh kaum hawa tersebut.
Pekerja wanita tersebut setiap harinya bisa mengantongi 70-100 ribu rupiah yang dibayarkan setiap harinya, dimana jam kerjanya dimulai pukul 8.00 sampai dengan 16.00 dengan satu kali istirahat untuk makan siang dan sholat dzuhur.
Proses pengolahannya dimulai dengan memisahkan kepala ubur-ubur dengan kakinya. Kepala ubur-ubur akan dibersihkan dari kulit arinya. Sedangkan untuk kakinya akan di lakukan pengadukan dengan mesin pengolah untuk membersihkan isi perut dan racunnya.
Sebelum dibersihkan ubur-ubur direndam dengan air tawas untuk menetralisirkan racun, setelah bersih ubur-ubur dimasukan kedalam kolam pengasinan. Yakni kolam yang berisi air garam, yang nantinya didiamkan selama 24 jam, setelah itu ubur-ubur diangkat untuk dimasukan kedalam gudang dan siap diekspor.