Punahnya Tenun Gendong

Sobat Inspirasi, Desa Tajug Kecamatan Karangmoncol di tahun 80-90 an terkenal dengan kerajinan tenun gendong, namun dengan beralihnya tenaga manusia ke tenaga mesin, tenun Gendong mulai menyurut dan di tahun 2020 ini kerajinan tenun gendong hampir punah. Sekarang tinggal ada 6 pengrajin yang masih setia menggeluti kerajinan ini walaupun secara ekonomi tidak bisa untuk menopang hidup.

Satu lembar tenun gendong hanya dihargai 70-80 ribu rupiah, yang mana dalam produksi saja sudah memakan waktu hampir 7 hari untuk menyelesaikan satu lembar tenun gendong. Dimulai dari merapikan benang “mbakali”, kemudian meyusun alat tenun, menata benang di alat tenun kemudian proses penunan dibutuhkan ketelatenan yang ekstra.

Proses yang memakan waktu dan penuh kecermatan inilah akhirnya para anak muda tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. Hasil yang tidak sebanding dengan jerih payah yang dilakukan juga menjadi faktor kenapa tenun gendong tidak mengalami kenaikan melah terus meengalami kemunduran.

Kemudian faktor lainnya adalah bahan baku, yakni benang yang sulit didapatkan. Salah satu perajin Ibu Kartono mengatakan sejak pedagang benang di desanya meninggal sekarang tidak ada lagi yang menjual. Walaupun secata ekonomi tidak menguntungkan Ibu Kartono  masih mau mengerjakan pembuatan tenun gendong, hal ini dilakukan hanya sekedar mengisi waktunya agar tidak kelihatan menganggur.

Sedangkan pemerintah desa tajug di Tahun 2020 ini telah mengalokasikan anggaran sebesar 18 juta rupiah untuk kegiatan pelatihan pemberdayaan masyarakat. Pelatihan ini diharapkan bisa meningkatkan minat generasi mudak di kerajinan tenun gendong. Generasi muda bisa berkreasi kerajinan tenun gendong ini untuk pembuatan handycraff, seperti sleyer, topi juga bisa digunakan untuk pemanis kebaya.

Kemudian juga dari segi pemasaran diharapkan sudah menggunakan market online, sehingga seluruh dunia bisa melihat produk-produk yang ditawarkan. Market online bisa meningkatkan daya tawar sebuah produk sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis. Peningkatan nilia ekonomis akan berdampak pada naiknya pendapatan.  Inovasi-inovasi inilah yang dibutuhkan agar tenun gendong tidak punah.

Sebagai pemerintah juga bisa menjembatani antara lain penyediaan stok bahan baku agar tidak kehabisan.  Juga vasilitator pemasaran baik itu mendatangkan investor (pembeli) maupun regulasi dalam bentuk kebijakan yang berpihak pada kerajinan khusunya tenun gendong, misal mewajibkan para karyawannnya untuk membeli slayer dari tenun gendong, topi atau  kerajinan tenun gendong dalam bentuk lain. Semoga dengan pemerintah, swasta dan steakholder lainnya bergerak, insyallah kerajinan tenun gendong dimana merupakan warisan budaya lokal bisa diangkat dari kepunahan. Amin 3x YRA

Gobar Paling Unik, dan Meriah

Sobat Inspirasi, Gowes Bareng (Gobar) yang dilaksanakan Minggu (26/7) oleh 34 komunitas sepeda se Purbalingga yang dikoordinir oleh Komunitas Sepeda Purbalingga sungguh sangat unik. Ketua KSP, Sayono mengatakan gowes kali ini sangat menarik, dan sepertinya baru di Indonesia, dikarenakan biasanya Gobar antara start dan finish dilakukan berbarengan namun kali ini startnya berbeda-beda tergantung dari masing-masing komunitas itu berada.

“Yang dari Purbalingga start dari taman Usman Janathin, ada yang dari Bobotsari, ada yang dari Kejobong, Rembang, Karanganyar, Bukateja, Bojongsari dan Finish di Jebatan Merah, Karangmoncol. Jembatan Merah sebagai tempat Finish sebagai apresiasi telah terbentuknya komunitas sepeda di Karangmoncol yakni Karangmoncol Gowes Club (KGC),” katanya saat Gobar.

Gobar kali ini juga sangat meriah, dikarenakan banyak yang hadir (kurang lebih 150-an orang) setelah vacum selama 3 bulan sejak pandemi Covid-19. Dengan adanya Gobar diharapkan bisa meningkatkan imunitas tubuh sehingga bisa menangkal penyakit. Gobar dilaksanakan setiap akhir bulan.

Dalam gobar tersebut selain protokol kesehatan juga ada hal-hal yang perlu diperhatikan yakni alat perlindungan diri (APD) seperti peggunaan helm, kaca mata, sarung tangan dan bersepatu, harapannya tidak bertali, dan yang paling penting juga membawa air minum. Hal tersebut dibutuhkan agar terhindar dari dehidrasi dan bisa menguatkan jantung.

Terkait dengan kualitas sepeda bukan terkait dengan mahalnya namun yang penting penggunaannya, yakni apakah digunakan untuk berolahraga atau tidak. Sepeda yang baik adalah  sepeda itu nyaman digunakan.

Dalam Gobar juga diwajibkan mematuhi aturan rambu-rambu lalu lintas, yakni tidak boleh bergerombol dalam bersepeda. 

Gobar bulan depan kata ketua KSP direncanakan Finish di Kecamatan Karanganyar (kalau tidak ada halangan). Monggo bagi temen-temen yang akan ikut, atau yang ikut kemarin bisa klik tautan dibawah ini, untuk melihat kemeriahan Gobar di Jembatan Merah. Tetap Salam Dua Pedal

#GobarPalingUnik #KSP #JembatanMerah #SepedaSehat #JembatanMerah #Karangmoncol #Purbalingga #Salamduapedal #Inspirasiku

Martabak Flamboyan, Murah dan Ngangenin

Sobat Inspirasi, Martabak salah satu jajan favorit sebagian besar masyarakat kalangan menengah ke bawah. Selain enak martabak juga terjangkau oleh masyarakat, hanya mengeluarkan kocek 15-25 ribu rupiah sudah mendapatkan satu buah martabak yang bisa menjadi oleh-oleh ketika sudah bepergian, atau bisa menjadi cemilan ketika sore-sore tidak ada makanan, dengan kata lain “garing”

Martabak juga terkenal dengan istilah kuliner jalanan, disetiap jalan yang ramai dan dilalui kendaraan biasanya disana ada penjualan martabak. Nah kali ini kita mau mengekpsos martabak Flamboyan yang berada di Depan Pasar Bobotasri, yang dilihat dari tampilanya masih serba baru, grobak baru, benernya juga kelihatan baru dan saya juga jarang sepertinya baru melihat ada lapak di depan Pasar Bobotsari maklum kudet (kurang update) he….he….

Martabak ini mulai buka jam empat sore sampai jam setengah sebelas alam kata Mas Aris asli kebumen pedangan Martabak Flamboyan. Ada 15 item kombinansi martabak manis dan 3 kominasi martabak telor. Harganya pun bervarias antara 12 ribu sampai 25 ribu rupiah, tergantug dari menu dan rasanya. Menunya ada original, pandan, brownies, dan red vellvet, dan rasanya bermacam-macam ada coklat susu, pisang susu, ketan item, stobery dll.

Dari ceritanya Mas Aris yang masih lajang, sudah malang melintang di dunia permartabakan selama 6 tahunan yakni sejak lulus SMP. Pertama mengembara di Bandung bersama bosnya orang Cina, kemudian di Kebumen bersama orang sana, setelah itu berkelana ke Bobotsari. Mengelananya ke Bobotsari juga cukup unik hanya berkenalan di FB dengan bosnya yang asli Tegal dan beristri di Desa Karangmalang, Kecamtan Bobotsari.

Dari perkenalan di FB inilah kemudian Mas Aris, akhirnya melabuhkan hatinya untuk berdagang di depan Pasar Bobotsari. Dan bagi seputaran kecamatan Bobotsari, Martabak Flamboyan juga bisa COD, dan bisa menghubungi nomor ini 0878-1762-4309. Dan COD ini juga sebagai wujud dukungan terhadap program Bupati Purbalingga terkait program Jajag-jujug.

Semoga sukses Mas Aris, salam buat segenap kawula Partai Madang, salam Kuliner Jalanan…..

Gorengan Knalpot Mas Iwan

Sobat Inspirasi, Gorengan Knalpot Mas Iwan, bertempat di depan pertigaan Tugu Knalpot Purbalingga bukan merupakan hal yang asing lagi bagi masyarakat sekitar Purbalingga. Selain enak, gurih dan renyah juga harganya sangat terjangkau bagi semua kalangan, hanya 2 ribu perak sudah bisa mendapatkan 3 buah gorengan dengan berbagai varian. Jika beli 40 ribu rupiah maka akan mandapatkan satu keresek besar yang bisa untuk 4-5 anggota keluarga.

Jajanan gorengan menjadi salah satu kulinar rakyat yang semua kalangan menyenanginya, baik dari kalangan anak-anak sampai kaum berambut perak “beruban”. Rasanya yang gurih dan maknyos inilah yang sangat digemari masyarakat menengah ke bawah, khususnya masyarakat di Indonesia, kalau masyarakat negara lain, belum tahu karena penulis belum pernah keluar negeri he….he…..

Gorengan Knalpot yang terkenal tersebut ternyata pemiliknya Mas Iwan, beliau berasal dari Jogjakarta, yang sudah tinggal di Purbalingga selama 20 tahun dan beristri orang Purbalingga dan beranak pinak disini. Setiap harinya Mas Iwan harus menyediakan bahan baku gorengan untuk membeli tepung, tahu, wortel, kobis, ubi, pisang, minyak goreng, gas dan aneka bumbu. Untuk membeli bahan-bahan tersebut Mas Iwan harus merogoh koceknya sebesar 800 ribu rupiah.

Bersyukur dagangannya selalu laris manis, walaupun ditengah pandemi Covid-19 dirasa memang ada penuruan, namun masih bisa menutup. Gorengannya buka mulai jam 12 siang sampai jam setengah sepuluh malam. Jika gorengannya masih sisa pada hari itu, tidak dijual kembali esok harinya namun akan diberikan kepada orang yang membutuhkannya.

Ada beberapa gorengan yang dijualnya, ada bakwan, cireng, tahu brontak, tahu bakwan, bakwan, molen, ubi molen, mendoan dan tempe kering. Yang semuanya digoreng ditempat, dan tidak ada gorengan kemarin yang dijual kembali. Ini semata untuk selalu menjaga kualitas agar pembeli selalu mendapatkan gorengan yang selalu fresh.

Ketika ditanya keuntungan sehari, cuma ketawa aja, mungkin sebagai rahasia perusahaan, yang penting bisa untuk membeli sesuap nasi dan sebongkah berlian, batinku. Amin x3 Ya Robal’alamin. Semoga sukses ya mas, dagangannya lancar, sehat selalu. #Gorengan #KulinerRakyat #UMKM #PatungKnalpot, #Purbalingga #JawaTengah

Bu Imah, 20 Tahun Bergelut di dunia Batik

Sobat Inspirasi, Bu Imah sudah 20 tahunan menggeluti dunia batik tepatnya sejak lulus dari bangku Sekolah Dasar. Ketrampilan membatiknya didapat dari turun-temurun dari nenek buyutnya.

Yah memang, Desa Galuh Kecamatan Bojongsari merupakan salah satu sentra batik yang ada di Kabupaten Purbalingga. Batik Galuh sudah terkenal bukan hanya di Purbalingga namun sudah sampai tingkat nasional bahkan manca negara.

Kata Bu Imah, batik khas Galuh ada motif ukel, dengan sistem batik tumpang atau di kerok. Banyak motif yang dibuat oleh para pengrajin batik Galuh antara lain, motif Lawa, wayang suket, parang, udan liris, babon angrem, sido mukti dan berbagai motif lainnya.

Di Desa Galuh, pembabaran atau pewarnaan dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan untuk pembatikan dilakukan oleh para ibu-ibu.

Batik di Purbalingga, mulai bergeliat sejak adanya kebijakan dari pemerintah daerah untuk menggunakan seragam batik lokal Purbalingga. Kebijakan ini dimulai dari kepemimpinan Bupati Sukento, kemudian dilanjutkan oleh Bupati Tasdi dan diteruskan oleh Bupati Tiwi.

Harga batik tulis bermacam-macam tergantung dari bahan (kain) dan tingkat kesulitannya yakni antara 250 ribu sampai 600 ribu. Satu potong batik tulis untuk membuatnya memakan waktu sekitar satu Minggu.

Untuk bahan kain dan obat pewarnaan, pengrajin batik Galuh membelinya di pusat batik Sokaraja, Banyumas.

#batiktulis #batikgaluh #batikpurbalingga #jawatengah #purbalingga

Bu Imah sedang menyelesaikan Batik Motif Babon Angrem (Sabtu, 24/10/2020)
RSS
Follow by Email
WhatsApp