PURBALINGGA – Dalam memeriahkan rangkaian Hari Jadi Kabupaten Purbalingga yang ke-194, Pemerintah Kabupaten Purbalingga berkolaborasi dengan Pegadaian dalam kegiatan Pegadaian Gold Run yang diikuti oleh 800 peserta dari berbagai daerah.
“Kegiatan ini rencana awalnya akan dilaksanakan pada bulan oktober, akan tetapi dengan kolaborasi dengan pemerintah daerah, kegiatan ini kami ikutkan dalam rangkaian hari jadi Kabupaten Purbalingga di bulan Desember ini,” kata Kepala Pegadaian Kabupaten Purbalingga Sugito di titik star alun alun purbalingga, Minggu (22/12/2024).
Menurut data panitia, peserta terdaftar 800 orang, akan tetapi menurut Sugio yang mengikuti kurang lebih 900 orang dihitung dari tamu undangan dan beberapa peserta pelari yang memang tidak mendaftar.
“Para peserta dari Purbalingga dan sekitarnya, bahkan ada yang dari luar kota seperti juara dua kategori pria berasal dari Kota Banjar Jawa Barat,” tambahnya.
Sugito berharap dengan adanya kegiatan Pegadaian Gold Run ini dapat memberikan semangat kepada masyarakat Purbalingga untuk selalu membiasakan diri berolahraga.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Purbalingga R Budi Setiawan mengatakan bahwa di tahun 2024 Purbalingga sudah menggelar banyak sekali event olahraga lari sebagai upaya memperkenalkan Purbalingga melalui sport tourism.
“Kegiatan ini merupakan kegiatan (fun run –red) kesekian, setelah belum lama kita ada merdeka run, kemenpora tarkam fun run, nirmala run, serta sugarda run,” uacapnya.
Berikut daftar pemenang kategori 5K Pria :
1. Tio Sifa Fahrizal
2. Asep Gusmawan
3. Afandi
Berikut daftar pemenang kategori 5K Wanita :
1. Tri Wulan
2. Akila Nathifa Jaenuri
3. Syaqila Azahra
Kategori: Olahraga
Free Style, Rombakan 7 Sepeda
Sobat Inspirasi, Olahraga Free Style yang biasanya dilakukan dengan sepeda BMX, namun untuk pemuda lajang asal Desa Rajawana, Kecamatan Karangmoncol, Syafiq Mazin menggunakan sepeda rombakan yang sekilas mirip motor mini. Tak tanggung-tanggung ada 7 buah sepeda yang dimutilasi untuk disusun menjadi sebuah sepeda yang nyentrik.
Dari Frame, shok beker depan, stang, shok beker tengah, roda dan sadel semuanya berbeda, kemudian aksesoris speker aktif, serta lampu reting serta lampu hias yang dipadukan dengan power bank sebagai penyuplai daya. Sekilas memang sepedanya masih terkesan belum fix 100 persen, baru 70 persen lah, kelihatan seperti sepeda tua rombeng he…he….
Pembuatan sepeda kata Syafiq membutuhkan sekitar 3 bulanan dimulai mengumpulkan bahan material, pengelasan serta modifikasi shokbeker tengah yang dipadu dengan shok beker bekas motor. Terasa “menthul-menthul” jika dinaiki, namun pegendara beratnya tidak boleh lebih dari 40 kg, lebih dari itu dudukan shok beker bisa patah.

Ya begitulah modifikasi dengan ala kadarnya, yang dikumpulkan dari bahan material sekitaran 50 ribuan rupiah. Jika dihitung sudah habis 600 ribuan untuk membuat sepeda BMX dengan gaya lowrider.
Selain memodifikasi sepedanya, Syafiq juga bisa memainkan beberapa gaya free style, seperti gaya tangan menyilang di stang, Gaya standing dengan kaki memegang stang, gaya sapu jalan, dan keseimbanagan sepeda dan lainnya, maklum karena penulis kurang update terkait gaya free style yang adan sekarang he…he…
Sehari-hari selain sebagai pesepedan free style, Syafiq sebagai penjual sepeda bekas dan mainan anak-anak yakni miniatur mobil-mobilan atau sering disebut Hot Wheels.
#Gowes#KGC#OlahragaSepeda#Karangmoncol#Purbalingga#KomunitasBersepeda#Gobar
MTL Jensud Titik Kumpul Goweser
Sobat Inspirasi, 24 Januari kemarin merupakan tanggal lahir Panglima Besar Jenderal Soedirman, salah pahlawan Nasional Indonesia yang ikut berjuang memperjuangkan kemerdekaan RI. Sebagaimana diketahui Pangsar Jenderal Soedirman lahir di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga.
Untuk mengenang perjuangan Pangsar Jenderal Soedirman sama pemerintah didirikan monumen tempat lahir yang kita kenal MTL Jensud, di Desa Bantarbarang Kecamatan Rembang. Disana ada boirama dalam bentuk relief terkait biografi Pangsar Jenderal Soedirman.
Terkait dengan hal tersebut, ternyata MTL Jensud menjadi hal yang menarik bagi goweser yakni menjadikan titik kumpul bagi para goweser. Ada berbagai komunitas goweser yang menjadikan MTL ini berbagai kegiatan, seperti Gowes Bareng (gobar) atau kegiatan sosial lainnya.
Menurut salah satu Goweser asal Purbalingga, Tri Pitoyo, MTL menjadi favorit titik kumpul bagi goweser dikarenakan lokasinya strategis, lokasi parkirnya lebar sehingga bisa muat banyak orang. MTL juga menjadi wahana bagi kita untuk meningkatkan semangat patriotisme sebagai anak bangsa.
Baca Juga :

” Kita merasa bangga dengan kepahlawanan Pangsar Jenderal Soedirman yang lahir di Desa Bantarbarang. Dan disini juga banyak kuliner yang bisa dicoba sama goweser. Dari menu goreng-gorengan, bakso juga ada soto. Ada lagi menu kupat palstik dan mendoan yang nyami,” katanya.
Selain MTL di Purbalingga juga banyak titik kumpul para goweser, seperti jembatan merah Pepedan-Tegalpingen, Alun-alun Purbalingga, Taman Usman Janatin, Jembatan Gantung Bokol-Sumilir, juga Jembatan Kalijaran Karanganyar. Dan tentunya banyak yang lainnya walaupun tidak terlalu favorit bagi para goweser, khususnya untuk wilayah Purbalingga.
Meningkatkan kasus Covid-19 di Purbalingga akhir-akhir ini tentunya menjadi evaluasi bagi temen-temen goweser untuk sementara tidak melakukan Gobar sampai kondisi memungkinkan untuk Gobar.
Hal tersebut dikatakan oleh ketua Komunitas Sepeda Purbalingga (KSP), Sayono saat Gobar terakhir di Bulan November 2020 tahun lalu, saat kegiatan ulangan tahun Komunitas Sepeda Bantarbarang (Koseba) di eks wisata jembatan pelangi.
Namun demikian olahraga sepeda secara mandiri harus tetap dilakukan, tentunya dengan menggunakan protokol kesehatan. Seperti menggunakan masker saat istirahat, dan selalu menjaga jarak aman serta selalu membawa hand sanitizer.
” Harapannya jika selalu berolahraga, diharapkan imun tubuh meningkat sehingga tubuh bakan selalu sehat,” pungkasnya. (Sap”$)
Gobar Paling Unik, dan Meriah
Sobat Inspirasi, Gowes Bareng (Gobar) yang dilaksanakan Minggu (26/7) oleh 34 komunitas sepeda se Purbalingga yang dikoordinir oleh Komunitas Sepeda Purbalingga sungguh sangat unik. Ketua KSP, Sayono mengatakan gowes kali ini sangat menarik, dan sepertinya baru di Indonesia, dikarenakan biasanya Gobar antara start dan finish dilakukan berbarengan namun kali ini startnya berbeda-beda tergantung dari masing-masing komunitas itu berada.
“Yang dari Purbalingga start dari taman Usman Janathin, ada yang dari Bobotsari, ada yang dari Kejobong, Rembang, Karanganyar, Bukateja, Bojongsari dan Finish di Jebatan Merah, Karangmoncol. Jembatan Merah sebagai tempat Finish sebagai apresiasi telah terbentuknya komunitas sepeda di Karangmoncol yakni Karangmoncol Gowes Club (KGC),” katanya saat Gobar.
Gobar kali ini juga sangat meriah, dikarenakan banyak yang hadir (kurang lebih 150-an orang) setelah vacum selama 3 bulan sejak pandemi Covid-19. Dengan adanya Gobar diharapkan bisa meningkatkan imunitas tubuh sehingga bisa menangkal penyakit. Gobar dilaksanakan setiap akhir bulan.
Dalam gobar tersebut selain protokol kesehatan juga ada hal-hal yang perlu diperhatikan yakni alat perlindungan diri (APD) seperti peggunaan helm, kaca mata, sarung tangan dan bersepatu, harapannya tidak bertali, dan yang paling penting juga membawa air minum. Hal tersebut dibutuhkan agar terhindar dari dehidrasi dan bisa menguatkan jantung.
Terkait dengan kualitas sepeda bukan terkait dengan mahalnya namun yang penting penggunaannya, yakni apakah digunakan untuk berolahraga atau tidak. Sepeda yang baik adalah sepeda itu nyaman digunakan.
Dalam Gobar juga diwajibkan mematuhi aturan rambu-rambu lalu lintas, yakni tidak boleh bergerombol dalam bersepeda.
Gobar bulan depan kata ketua KSP direncanakan Finish di Kecamatan Karanganyar (kalau tidak ada halangan). Monggo bagi temen-temen yang akan ikut, atau yang ikut kemarin bisa klik tautan dibawah ini, untuk melihat kemeriahan Gobar di Jembatan Merah. Tetap Salam Dua Pedal
#GobarPalingUnik #KSP #JembatanMerah #SepedaSehat #JembatanMerah #Karangmoncol #Purbalingga #Salamduapedal #Inspirasiku